Gedung pusat Win Thousand memiliki fasilitas lengkap. Termasuk di antaranya rumah sakit internal yang bisa diakses kapan saja di lantai lima belas. Mempunyai banyak ruang perawatan, ruang periksa, ruang operasi, ruang gawat darurat dan juga dokter-dokter terbaik yang selalu bersiaga. Mengantisipasi kejadian tidak terduga dan harus mendapat pertolongan segera. Seperti yang baru saja dialami Celosia.
Tidak butuh waktu lama, gadis itu segera dilarikan menuju ruang operasi. Darah yang keluar dari tempat peluru itu bersemayam semakin banyak mengucur deras. Membuat Kaysen turut pucat pasi. Lelaki itu mengantar Celosia sampai depan ruang penanganan. Merasa ketakutan. Bukan lagi sedang mencemaskan bagaimana nasib chip itu, tetapi lebih mengkhawatirkan bagaimana kondisi Celosia.
Perempuan itu tidak sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya sebelum peluru itu menembus bebas ke dalam tubuh. Sekarang apa? Bahkan keadaan Celosia yang tidak akan baik-baik saja setelah ini justru adalah karena tertembak dan Kaysen tidak mampu berbuat apa-apa. Ya. Mungkin saja sebelum keadaan ini, Kaysen sudah mengatakan apa yang seharusnya diketahui oleh gadis itu. Mengatakan rahasia yang mungkin saja dijaga oleh orang terdekatnya selama ini, sehingga hidupnya tidak lagi menggantung tanya, sebelum ia menanggung segala konsekuensi atas dicabutnya teknologi neo yang akan membuatnya menjadi seperti mayat hidup, tanpa perasaan.
Lelaki itu menelan ludah. Sudah tidak bisa memikirkan lagi tentang prototipe itu. Semua terlanjur sudah. Yang perlu ia lakukan sekarang hanyalah menunggu perkembangan timnya untuk menyelesaikan sistem keamanan pada teknologi neo yang saat ini telah tersebar. Berharap mereka memberi kabar baik sesegera mungkin.
Kaysen mengempaskan dirinya di kursi ruang tunggu hingga berdebum keras seolah tertimpa sesuatu yang keras. Lelaki itu terlihat berantakan dengan darah merah masih menempel di pakaian yang ia kenakan. Wajahnya berkerut dalam dan pandangannya nanar menatap pintu ruang operasi yang tertutup rapat. Tangan kanannya memijit pelipisnya perlahan dengan helaan napas dan embusannya yang terasa menyesakkan. Ia sungguh-sungguh merasa ketakutan saat ini. Dan entahlah, Kaysen merasakan kejadian Celosia tertembak tadi membuat jiwanya tergoncang. Lelaki itu menyentuh darah. Sempat merasakan kulit perempuan tadi yang dingin dan melihat dengan jelas dalam gendongannya bagaimana kedua alis Celosia berkerut dengan mata sedikit membuka. Mulutnya yang mungil itu bergerak seolah meneriakkan ucapan sakit dan minta tolong seandainya bisa.
Lelaki itu tak memperhatikannya dengan saksama karena darah yang sempat mengalir di tangan dan membasahi pakaiannya itu menuntutnya untuk segera melakukan panggilan darurat. Para dokter dan beberapa pegawai yang menyusulnya ke lantai puncak pun sempat terkejut melihat keadaan yang nampak di mata mereka sebelum dengan cekatan mendekatkan tandu ke arah Kaysen yang sedang menggendong Celosia.
Mereka kemudian berlari cepat meski satu dua di antara mereka sempat-sempatnya memperhatikan Kaysen yang tengah kalut. Lelaki itu terlihat cemas luar biasa dengan gadis tawanan mereka. Bersedia menyentuhkan tubuhnya, bahkan dengan kondisi perempuan itu yang terlihat payah dan penuh darah.
Ada sesuatu yang salah. Kaysen mengembuskan napas kasar. Kepalanya terasa sakit ketika rasa pedih yang amat familier itu menghampiri hatinya. Dia trauma atas sesuatu. Melihat kejadian berdarah-darah itu membuatnya seolah teringat lagi akan sesuatu. Tapi apa?
“Tuan Kaysen.” Seseorang menyapa perlahan dari jarak tiga langkah dari dirinya. Seorang perempuan. Dengan malas Kaysen menoleh.
“Anda baik-baik saja?” Wanita itu berkata dengan nada penuh kecemasan. “Sebaiknya Anda membersihkan diri terlebih dahulu, Tuan. Kami sudah mempersiapkan segala sesuatunya di salah satu ruangan terbaik di lantai ini jika Anda hendak berganti dengan cepat,” ujarnya.
Lelaki itu menengok tangan kiri, menilik waktu dan menemukan bahwa sudah hampir tiga puluh menit dirinya duduk termangu di sana. Ada banyak hal yang harus ia selesaikan. Baiklah. Pada akhirnya, Kaysen memutuskan untuk mendengarkan nasihat salah seorang perawat yang menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...