Kaysen tak bisa menahan senyumnya ketika ia memasuki ruang perawatan Celosia dan membiarkan pintu di belakangnya tertutup rapat. Kedua mata birunya menatap tanpa berkedip ke arah ranjang di mana perempuan itu tengah tertidur dengan mata mengatup dan tubuh lunglai tanpa pertahanan.
Lelaki itu berjalan mendekat perlahan. Sebelah tangannya lalu menarik kursi sofa yang tersedia di sebelah ranjang dan menempatkannya tepat di sisi sebelah kanan peraduan, lalu dengan hati-hati pula mendudukkan dirinya di sana. Ia mengamati Celosia dari ujung kakinya yang tertutup selimut hingga ujung kepala dengan rambut bergelombangnya yang tergerai. Bak putri tidur yang terlelap dengan damai.
Kening Kaysen berkerut ketika melihat dengan jelas bahwa rona wajah Celosia berubah pucat dari terakhir kali ia melihatnya saat tiba di gerbang portal. Seketika rasa bersalah menyergap perasaannya. Perempuan ini pastilah shock dengan segala peristiwa mengerikan yang terjadi padanya beberapa waktu lalu, termasuk melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana baku tembak itu membuat tubuhnya berdarah dan memaksa Celosia untuk melihat dari dekat bahkan turut merasakan darah membasahi kulitnya.
Kaysen mengembuskan napas berat. Diraup dan digenggamnya tangan Celosia yang tergeletak pasrah di samping tubuhnya. Ukuran telapak tangan mereka yang berbeda membuat tangan dingin nan pasi perempuan itu terlihat kecil dan lemah, berada dalam genggaman tangan kekar dan berotot milik Kaysen.
Melihat pemandangan itu, perasaan sayang, ingin melindungi dan memiliki berkembang dengan kuat di hati Kaysen saat ini.
Tanpa sadar, genggamannya mengerat, terbawa oleh perasaan. Namun sepertinya, perempuan itu benar-benar kelelahan dan situasi saat ini yang begitu senyap serta damai membuat tubuhnya yang shock dan menagih istirahat total menambah nyenyak tidurnya, tak merasakan sentuhan Kaysen di tangannya.
Sembari menatap wajah perempuan itu yang terlelap, Kaysen mengangkat pertautan tangan mereka dan membawa punggung tangan Celosia ke mulutnya, menciumnya dengan penuh sayang hingga matanya pun turut memejam.
Ia berjanji bahwa ini adalah peristiwa mengerikan bagi Celosia untuk terakhir kalinya. Ia tak akan membiarkan lagi gadis ini terpisah lagi dari jangkauannya. Tidak akan!
Kaysen membuka mata dan ekspresi wajah lelaki itu seketika berubah kelam ketika mengingat Nichlas. Lelaki kurang ajar itu pastilah telah tewas berkat tembakan Alterio di dadanya.
Ah, Alterio. Jadi lelaki itu telah mengetahui bahwa perempuan ini adiknya. Kaysen menghela napas dalam saat sekelebat bayangan Alterio yang terang-terangan melindungi dirinya dan Celosia itu mampir di ingatan. Bagaimana lelaki itu kini? Apakah ia selamat?
Kaysen mengerjap untuk mengusir pikiran tak mengenakkan itu dari benaknya dan akan memikirkan itu nanti. Kini ia akan fokus untuk menuntaskan kerinduannya pada gadisnya ini. Lelaki itu melepaskan genggaman tangannya dan meletakkan lengan perempuan itu kembali. Senyum terkembang di wajahnya kemudian. Ia memutuskan untuk tak mengganggu tidur nyenyak Celosia dan membiarkan dirinya menunggu sampai nanti perempuan itu terbangun.
Sementara itu untuk mengisi waktu senggangnya, hologram dari alat komunikasinya ia nyalakan. Lelaki itu lantas tenggelam dalam kesibukannya, memastikan semua pekerjaan hari itu serta perintah yang ia minta kepada pegawai dan anak buahnya terlaksana dengan baik serta seluruh aplikasi serta robot-robot yang berpusat pada perusahaannya berjalan sempurna tanpa hambatan.
Lelaki itu menikmati waktu berdua bersama Celosia. Sungguh, hanya seperti ini saja, meski dengan keadaan perempuan itu yang tertidur, Kaysen sudah bahagia luar biasa. Semangatnya terpompa dan dengan senang hati ia berniat menyelesaikan segala urusannya sebelum Celosia terbangun nanti dan ia bisa meluangkan waktu untuk perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...