Bab 31 - Kembali

11 4 1
                                    

Celosia merasakan tubuhnya didekap erat. Perempuan itu menengadah dan berusaha membuka mata untuk melihat Kaysen yang tadi merangkulnya dan membawanya menuju tempat yang penuh dengan cahaya ini selama beberapa waktu. Namun, ia tak bisa melakukannya karena sinar yang melingkupi mereka saat ini begitu terangnya hingga membuat kedua matanya mengatup karena silau dan pikirannya tak bisa berpikir jernih selama beberapa saat.

Meski begitu, ia teringat betul akan kejadian singkat yang tiba-tiba saja terbentang di depannya. Tadi dia hendak ke kamarnya untuk mengambil alat komunikasi yang ia letakkan di dalam lemari.  Lalu sesuai dengan rencana Alterio, lelaki itu akan membawanya keluar dari area markas, menghubungi Kaysen dan memulai peruntungan dengan menunggu kedatangan Kaysen.

Bayangan dirinya berada di luar gedung besar ini dengan mengendap-endap telah membuatnya gugup mulai saat itu ketika ternyata ada lift rahasia yang hanya bisa terbuka dari arah luar kamar. Belum selesai khayalan yang terasa ngeri di benak Celosia menemui ujungnya, ia terkejut bukan main ketika mendapati pintu lift terbuka dan melihat Kaysen tiba-tiba saja sudah berdiri di depannya.

Lelaki itu benar-benar ada di depannya.

Dia tidak bermimpi, hingga dengan gerakan spontan, Celosia mengulurkan tangannya untuk menyentuh Kaysen, meyakinkan dirinya bahwa lelaki itu memanglah sedang berada di ruangannya entah dari mana datangnya.

Lalu, kejadian tembak menembak beruntun kemudian dan ia berada di cahaya asing ini.

Apakah ini sebuah lorong untuk berpindah tempat? Apakah Kaysen tadi mendatangi kamarnya juga melalui cahaya ini?

Lagi-lagi perempuan itu tak bisa bertemu dengan jawaban dari pertanyaannya karena sinar terang yang terasa seperti kilat yang begitu singkat itu padam. Matanya yang masih terpejam lalu terbuka dengan jantung berdegup kencang begitu merasakan bahwa kedua matanya tak lagi silau.

Keterkejutan kembali menyerangnya. Ia berada di sebuah ruangan dengan begitu banyak orang yang juga terpana ke arahnya. Dengan cepat perempuan itu menengadah lagi dan menemukan Kaysen sedang menatapnya tajam dengan mata berkaca-kaca. Dan seolah baru saja tersadar, perempuan itu membelalak mengetahui jika bahu kanan lelaki itu mengeluarkan darah hingga turut menodai pula ke pakaiannya karena sedari tadi Kaysen memeluknya.

“Kay ... Kaysen!” Celosia berseru untuk menyadarkan lelaki itu karena seakan luka berdarah yang tentu saja diakibatkan oleh baku tembak tadi tidak memengaruhinya dan tak membuat Kaysen merasakan sakit.

Di detik yang sama, orang-orang di tempat itu datang merubung dan hendak memberi pertolongan. Kaysen yang dipegang lengannya oleh Reiga barulah tersadar jika dirinya dan Celosia kini telah kembali ke gedung Win Thousand di pusat kota, berada di ruang laboratorium tempat gerbang portal mengantarnya pergi. Ditatapnya Celosia yang tengah memandangnya dengan cemas, lalu kebahagiaan tak terperi meluap di hatinya.

Ia berhasil menyelamatkan Celosia. Akan tetapi, kelegaannya menyurut cepat begitu kedua matanya menemukan sebelah baju yang dikenakan oleh perempuan itu basah oleh darah.

“Tuan. Anda berdarah dan harus segera ditangani!” Reiga berseru ketika sentuhan di lengan lelaki itu tak cukup membuat Kaysen menyadari keadaan dirinya sendiri.

Lelaki itu kemudian menengok ke bahu kanannya di mana ternyata rasa nyeri sedang menghunjam di sana. Seketika telinganya berdenging dan suara-suara panik yang berasal dari Celosia maupun orang-orang di sekitarnya terdengar begitu jauh, bersamaan dengan kedua matanya yang berkabut seperti tengah mabuk, tak bisa melihat segala sesuatunya dengan jelas. Namun, di tengah kesadarannya yang hampir tercabut itu, Kaysen sempat mengulas senyum dan berucap entah terdengar oleh perempuan itu atau tidak.

THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang