Follow IG author @bintang.timuur
Begitu mendengar berita dari Reiga yang mengatakan bahwa proses pemindaian lorong teleportasi hampir sempurna, Kaysen tak menunggu-nunggu lagi, lelaki itu lantas bangkit dari duduknya dan melangkah menyeberangi ruangan, menuju salah satu sisi dinding yang terletak di antara dua lukisan di seberang mejanya. Kaysen lalu menyentuhkan telapak tangannya di dinding tersebut, lalu ajaib, kisi-kisi pintu itu menyala terang sebelum kemudian terbuka. Ada sebuah ruangan kecil yang tak diketahui oleh siapa pun selain dirinya dan Reiga, menyaru sempurna dengan bagian dinding yang lain, sehingga jika dilihat secara sepintas, tak ada yang tahu jika terdapat pintu lain di ruangan kerja Kaysen tersebut.
Ada berbagai jenis senjata yang tersimpan di ruang rahasia itu, mulai dari ukuran kecil hingga senjata laras panjang berteknologi canggih. Kaysen mengambil revolver andalannya beserta satu tabung kecil laba-laba bionik yang pasti ia butuhkan nanti ketika mendadak ada serangan dari pihak musuh. Tak lupa lelaki itu memakai kaos tangan hitam dan alas sepatu yang akan mempermudah dirinya dalam bergerak.
Lelaki itu kemudian merapikan penampilannya sejenak, membenarkan posisi dasi abu-abunya sebelum kemudian memundurkan langkah, membuat pintu ruang rahasia itu tertutup kembali. Kaysen lantas membalikkan badan, melangkah ke belakang kursi besarnya dan memasuki lift.
Dengan cepat Kaysen menekan tombol untuk menunjukkan tempat tujuan, menuju ruang portal teleportasi yang terasa keramat baginya saat ini.
Akankah ia berhasil membawa Celosia pulang?
Sebab taruhannya adalah nyawanya sendiri dan nyawa Celosia. Bagaimana pun caranya, ia harus menemukan perempuan itu di markas Nichlas.
Markas itu ... Kaysen memiringka kepala dan mengerutkan dahi dalam usahanya untuk terus berpikir keras. Ia tak bisa memindai ruangan di gedung itu sebelum dirinya tiba di sana. Akses tertutup yang dipasang oleh Nichlas benar-benar tak bisa sembarangan ia tembus. Karena sekali Nichlas mengenali bahwa akses itu datang dari dirinya, bisa saja lelaki itu dengan nekat memenuhi perkataannya untuk melukai Celosia.
Membayangkan hal itu seketika jantung Kaysen berdegup cepat, dadanya berdesir sakit dan keningnya berkerut dalam. Berulang kali lelaki itu menghela napas panjang untuk meredakan rasa tak mengenakkan di hatinya.
Lelaki itu mengerjap. Pikiran mulai ia alihkan pada rencana penyelamatan yang akan ia laksanakan sebentar lagi. Jika saat ia tiba di ruangan itu Celosia tak ada di tempat, maka ia harus memindai lokasi terlebih dahulu. Semoga saja, alat komunikasi yang dahulu sempat ia berikan pada perempuan itu masih disimpannya baik-baik sehingga ia bisa dengan mudah menemukannya.
Bila tidak ... Kaysen memejamkan mata sejenak, lalu mengembuskan napas putus asa. Mau tak mau lelaki itu akan menyisir ruangan demi ruangan. Menemukan Celosia entah bagaimana caranya.
Ia harus beradu cepat dengan waktu dan keadaan. Semoga saja badai matahari belum akan tiba di bumi sehingga meskipun ia menghabiskan waktu untuk berputar-putar mencari gadis itu, ia masih bisa kembali dengan selamat.
Sungguh kebetulan yang menyebalkan. Seolah-olah alam semesta tengah bekerja sama dengan Nichlas untuk menghalang-halanginya bertemu dengan Celosia. Kaysen menipiskan bibir dengan ekspresi benci.
Pintu lift berdenting dan terbuka kemudian. Kaysen menatap ke depan, di mana berdiri dengan gagahnya pintu raksasa dari ruang gerbang teleportasi itu berada. Lelaki itu menilik waktu. Tengah hari tinggal menghitung detiknya saja. Bergegas ia melangkah dan disambut oleh pintu ruangan yang membuka begitu ia berada satu langkah di depan pintu.
Tampak ruangan telah berubah warna. Gerbang portal telah menyala. Redup. Menunggu sekian persen proses penyempurnaan hingga beberapa menit ke depan. Kaysen melangkah pasti mendekati gerbang portal diikuti profesor Efron, Lucas dan Reiga yang langsung menoleh begitu pintu ruangan terbuka dan mengetahui Kaysen pada akhirnya memasuki ruangan. Ketiganya turut berjalan mengiringi lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romantizm"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...