Bab 37 - Mencintaimu

17 4 1
                                    

Celosia menutup pintu apartemennya dengan malas. Perempuan itu mengembuskan napas lemah sembari bersandar di pintunya. Lelah dengan perdebatan singkatnya dengan Alterio tadi. Kakaknya itu sungguh dengan tulus ingin menemaninya barang sebentar. Barangkali perempuan itu membutuhkan teman bicara setelah melihat hal tak menyenangkan menyangkut Kaysen tadi. Namun, dengan mengotot pula Celosia berkata bahwa ia mengantuk dan ingin segera tidur. Tak lupa ia pasang senyum di wajahnya serta pura-pura menguap untuk meyakinkan lelaki itu jika ia akan beristirahat setelah ini dan itu akan membuatnya lebih baik.

Dengan tersenyum, Alterio akhirnya mau beranjak pergi, melangkah perlahan meninggalkan lantai apartemen itu. Yah, mungkin saja Celosia membutuhkan waktu untuk sendiri.

Dan tentu saja begitu. Celosia sedang tidak bersemangat melakukan apa pun dan sedang tidak ingin berbincang dengan siapa pun. Ingin bermalas-malasan saja di atas tempat tidur hingga kedua matanya terlelap dengan sendirinya, tetapi, ketika perempuan itu melangkah gontai menyeberangi ruangan, ia melihat robot Yo tersenyum dan menyambutnya ramah, membuatnya urung untuk pergi ke kamarnya dan berhenti di sana.

“Selamat pulang, Nona Celosia. Lama tidak bertemu.”

Celosia tersenyum kaku. “Hai, Yo. apa kabarmu?”

Perempuan itu membanting tubuhnya di sofa terdekat, menyeret bantal yang ada di sudutnya dan berbaring miring begitu saja dengan memejamkan mata.

“Baik, Nona. Apakah Anda ingin mandi atau berendam?” tanyanya yang membuat Celosia membuka mata malas.

“Tidak. Aku ingin tidur.” Perempuan itu memejamkan kedua matanya kembali. Sungguh ia rindu dengan robot kecil itu, ingin sekali mendengar lebih banyak suara-suara lucu yang dikeluarkannya saat ia mengajaknya bicara, tapi, suasana hati yang sedang buruk benar-benar menghancurkan mood-nya. Ia hanya ingin seperti ini saja, rebah, dan mengistirahatkan hatinya.

“Anda sepertinya terlihat kurang baik, Nona. Apakah Anda merasa sakit dan membutuhkan sesuatu?”

Perempuan itu tersenyum kecil, masih dengan kedua matanya yang terpejam. “Terima kasih atas perhatianmu, Yo. Aku hanya sedang tidak memiliki semangat untuk melakukan apa pun. Kau tahukah rasanya? Ketika semangatmu sedang terasa di puncak sementara tiba-tiba saja ada sesuatu hal yang membuat hatimu terasa sakit? Aku sedang bahagia ... sekaligus sakit.”

Robot Yo berjalan mendekat. “Anda sedang kecewa, ya? Anda suka cokelat? Cokelat bisa membuat mood Anda kembali baik.”

Celosia tersenyum kecil. “Hm ... kira-kira begitu.” Kedua mata beningnya terbuka dan kepalanya menegak. “Oh, ya? Boleh kuminta satu untukku?” tanyanya tertarik dengan tawaran cokelat yang disebutkan robot Yo tadi.

“Tentu saja, Nona. Silakan ditunggu.”

Suara mesin pembuat minuman berdesing kemudian. Perempuan itu menghela napas panjang.

“Cokelat yang saya siapkan untuk Anda adalah jenis cokelat murni dengan rasa dominan pahit karena tidak terlalu banyak mengandung campuran pemanis seperti gula. Cokelat varian ini katanya lebih mampu meningkatkan hormon kebahagiaan dengan mengurangi stres dan rasa sakit pada diri seseorang. Selain itu, cokelat terbukti mengandung flavonoid yang berfungsi untuk meningkatkan aliran darah sehingga membuat tubuh terasa nyaman.” Robot Yo menjelaskan tanpa diminta dan itu membuat Celosia tertarik.

Perempuan itu menelentangkan tubuhnya, bersamaan dengan satu cangkir cokelat panas yang diantar ke meja di dekatnya.

“Silakan diminum, Nona.”

Celosia akhirnya terduduk dan menggapai mug porselen itu sembari menghidu aromanya. Dihirupnya dalam-dalam wangi cokelat pekat itu sebelum kemudian menyeruputnya sedikit.

THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang