Layar besar yang terbentang di tengah ruang itu terlihat terang. Menyorot dengan sinarnya yang memperlihatkan untaian bunga putih nan sedap dipandang mata.
Celosia duduk di depannya dengan ekspresi kaku. Perempuan itu mengenakan gaun tanpa lengan berwarna oranye yang membuat penampilannya semakin cerah.
"Bagaimana penampilanku?" Alterio mendadak bergaya di depan kamera, menunjukkan bagaimana gagahnya lelaki itu mengenakan jas hitam yang akan dipakainya untuk upacara pernikahan sebentar lagi.
Celosia memasang wajah semringah seperti biasa, meskipun gurat-gurat kesedihan tak bisa tertutupi dari bibirnya yang melengkungkan senyuman. "Kau tampan sekali. Maisy pasti menyukainya."
Sedetik kemudian, perhatian Celosia terarah ke samping kanan jauh tempat kakaknya itu berada. "Hei. Pengantinmu sudah datang. Bersiaplah." Celosia memperingatkan dengan lembut tapi terdengar menuntut, sehingga Alterio pun segera menoleh dan memutus pembicaraan, "Oke. Tetaplah di situ, ya, Gadis Manis," ujarnya dengan mengedipkan sebelah mata menggoda, mengucapkan kata-kata panggilan yang seringkali dipakai oleh Kaysen ketika memanggilnya.
Wajah Celosia tampak tersipu sejenak sebelum mengangguk.
Tampilan layar di depannya berubah lagi menjadi sudut pandang robot yang saat ini berada di tempat yang cukup strategis sehingga keadaan altar itu bisa terlihat secara utuh.
Pernikahan Alterio dilaksanakan secara sederhana di dalam ruang tertutup dan hanya dihadiri oleh kerabat dekat mempelai perempuan dan Lucas Neron dari pihak lelaki. Meski begitu, suasana tampak khidmat dengan wajah-wajah penuh doa harap kepada kedua pengantin.
Dada Celosia berdesir melihat itu semua. Tak terbayang seperti apa rasanya jika yang berdiri di tempat itu adalah dirinya dan lelaki yang menunggu di altar itu adalah Kaysen.
Oh, baru membayangkannya saja, sudah membuat dadanya seakan meledak oleh perasaan penuh antisipasi yang membuat jantungnya berdebaran tak terkendali.
Tanpa sadar pipi Celosia memerah karena pikiran yang tiba-tiba saja menyelusup ke dalam benaknya dan menggoda tanpa permisi. Namun kemudian, mimik wajahnya berkerut ketika mengingat beberapa waktu terakhir yang terasa aneh.
Kaysen sama sekali tak memberinya kabar selama hampir dua puluh empat jam terakhir, bahkan tak memberitahunya jika lelaki itu tak bisa menemani Celosia untuk menghadiri pernikahan Alterio. Celosia sungguh berharap Kaysen akan datang sehingga ia dapat melihat secara langsung upacara sakral kakaknya itu, tetapi, saat ini, dia benar-benar sendiri, hanya ditemani oleh robot Yo yang berdiri tanpa ekspresi di sebelah tempatnya duduk.
Mencoba mengabaikan pikiran tentang Kaysen, Celosia menarik napas panjang dan mencoba untuk memusatkan perhatiannya pada layar yang kini memperlihatkan Alterio dan Maisy yang sedang berdiri menghadap pendeta dan mengikuti prosesi pemberkatan.
"Anda ingin minum, Nona?" Robot Yo menyapa ketika senyap mengisi suasana tempat itu.
Perempuan itu tetap bergeming dan tak menjawab, pandangannya lurus ke depan, memfokuskan dirinya ke layar hingga suara si robot yang menyapanya tadi tak mampu mengusik pendengarannya dan membangunkannya dari lamunan.
Celosia masih antara percaya dan tidak percaya. Dirinya seakan baru saja terbangun dari mimpi gelap yang menyelubungi tidurnya sampai seluruh peristiwa susul-menyusul yang datang padanya itu membuatnya bingung.
Bahkan sekarang ini, saat ia menyaksikan secara jarak jauh kakak tirinya yang tengah menikah didampingi oleh ayah mereka, rasa tak percaya bahwa ia memiliki keluarga masihlah bersembunyi di sisi hatinya, siap untuk memimpin hatinya dalam ketidakpercayaan yang dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...