Pintu ruangan Alterio terbuka. Lelaki itu lantas mengangkat pandangan dari layar komputer ke arah kedatangan tamunya dengan tatapan tajam. Sebelah alisnya terangkat begitu melihat Damon yang memasuki ruangan bersamaan dengan seorang perempuan cantik berambut cokelat dengan wajah oval yang dihiasi dengan make up tipis. Perempuan itu berpakaian resmi dengan blazer berwarna salem dan rok selutut.
Damon lalu bersibak dan mempersilakan dengan sebelah tangannya kepada perempuan itu untuk menghadap si tuan rumah.
Alterio memperhatikan gerak-gerik wanita itu dengan menatap tanpa terlewat mulai ujung kepala hingga ujung kakinya yang tertutup oleh sepatu stiletto berwarna cokelat. Lelaki itu mengukur dalam satu kali pandang dan memperkirakan bahwa tinggi perempuan itu adalah setinggi dagunya. Tubuhnya proporsional dan yang membuat Alterio seketika menelan ludah adalah kemungkinan yang langsung tebersit dalam angan-angannya bahwa bentuk tubuh wanita di hadapannya ini menunjukkan secara jelas jika ia masihlah suci.
Mata Alterio sekilas melirik ke arah Damon dan dalam hati ia sungguh merasa puas dengan kerja anak buahnya itu kali ini. Wanita di depannya ini adalah sosok sempurna yang akan menjadi istri dadakannya nanti. Lelaki itu memajukan posisi duduknya dan mengangkat kedua tangannya lalu menyatukannya di bawah dagu. Masih dengan pandangan mata memindai ke arah perempuan itu.
Damon memperhatikan polat mata Alterio dan sedikit mengangguk, tahu bahwa tuannya itu setuju dan puas dengan hasil kerjanya.
Dan tentu saja Alterio harus puas.
Damon begitu kesulitan dan harus bekerja keras dengan melihat data-data rahasia untuk bisa mencari kriteria wanita yang sesuai dengan keinginan Alterio itu.
Perempuan sebatang kara yang cocok dengan Alterio.
Betapa gilanya Damon memikirkan itu, karena, kriteria “cocok” ini tentu saja tidak bisa ditentukan oleh siapa pun selain Alterio sendiri. Mungkin bagi orang lain yang melihat, Alterio dan pasangannya tampak begitu serasi, sementara kecocokan antara Alterio dengan wanita itu, siapa yang tahu?
Setelah bekerja keras selama hampir dua minggu, memilih dan menimbang, maka pilihannya jatuh pada wanita dua puluh lima tahun yang ternyata begitu bersemangat mencari pekerjaan. Dan tanpa ragu lagi, Damon langsung mengatur cara agar perempuan tersebut masuk ke dalam perangkap yang telah ia buat. Berpura-pura membuka lowongan pekerjaan dengan kriteria yang begitu pas dengan perempuan itu.
“Silakan duduk.” Alterio berkata dingin.
Perempuan itu hanya melempar senyum tipis dan mendudukkan dirinya di kursi yang ada di seberang Alterio.
“Damon, sudah kausiapkan semua keperluannya?” Lelaki itu bertanya dengan tatapan dan ekspresi kejam yang tak dapat perempuan itu artikan.
Damon seketika mengangguk dan berkata singkat, “Sudah, Tuan.”
“Bagus.” Alterio menyeringai.
Sesuai rencana, Alterio telah menghubungi sang ayah agar dirinya bisa mendapat akses untuk bisa turut memasang teknologi neo. Bukan untuk dirinya, tapi untuk perempuan itu. Lelaki itu hendak mengambil paksa perempuan itu menjadi istrinya dan Alterio tentu saja tak mau direpotkan oleh perkara tarik ulur perasaan dan kehidupan yang membuang-buang waktu. Oleh karena itu, Alterio memutuskan untuk memasang teknologi neo pada hati perempuan itu dan menanam ingatan serta perasaan palsu jika Alterio adalah kekasihnya yang akan segera ia nikahi.
“Saya telah menerima surat lamaran dan berkas-berkas yang dibutuhkan sebagai syarat yang saya ajukan.” Lelaki itu berkata formal sembari membuka hologram yang menampilkan data perempuan itu secara lengkap di sana. Alterio mengamati sejenak dan membaca dengan memindai tulisan-tulisan yang menerangkan tentang identitas perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE HEART (The Perfect Feeling) [COMPLETE]
Romance"Kaysen, kau sedang apa?" Dari balik layar tipis itu, Kaysen tampak mengalihkan pandangan kepada Celosia yang datang membawa tanya, memasuki ruangan dan melangkah perlahan mendekatinya. Lelaki itu tersenyum hangat lalu bertopang dagu dengan kedua ta...