Chapter 6 - Struggle in Vain

4.7K 325 4
                                    

Update...update
Enjoy reading and let me know ur comment😀
xoxo, io
March 14, 2021 - 3.18PM
=====


He's kidding me!

'I can wait for another week, until you say yes.'

How could he said that!

Kepalaku dipenuhi kalimatnya itu. Lagi dan lagi, selayaknya voice recorder. Echoing begitu keras di dalam sana. Aku masih menatapnya, bahkan lupa bagaimana caranya berkedip.

Hanya keheningan yang tersisa sekarang.

Matanya masih terpejam. Mungkin tidak peduli aku menatapnya. Tidak tahu berapa lama, hingga aku mulai menyandarkan punggungku di sandaran sofa. Otakku sepertinya kosong dan baru tersadar saat suara sexy-nya kembali terdengar walau pelan.

"Another two weeks or three weeks. I can wait."

Emosiku sepertinya meledak. Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku mulai berdiri, menatapnya sepintas di mana dia masih memejamkan matanya, lalu melangkah, memasuki rumah kecilku.

Dia tidak menahanku. Bahkan tidak bergerak. Masih duduk menyandar dan kepalanya masih tersandar di sandaran sofa. Demam tinggi tidak memberikan efek apa pun padanya. Why dan why yang memenuhi otakku sekarang.

Sekali lagi aku menatapnya sebelum menutup pintu rumahku. Same, dia tidak bergerak hingga tanpa sadar aku menghela napasku.

Kurebahkan kembali tubuhku di tempat tidurku. Bukan memejamkan mataku, tetapi menatap langit kamar.

'I'll wait, until you say yes.'

'I can wait for another week, until you say yes.'

'Another two weeks or three weeks. I can wait.'

Aku berusaha keras meredam semua yang dia ucapkan itu di dalam sana. Yang ada suara sexy darinya terus menyeruak seperti alarm yang lupa aku matikan.

Sepertinya ini adalah malam yang panjang. Jika malam-malam sebelumnya aku berhasil mengabaikannya, berharap malam ini aku dapat melakukan hal yang sama walau dibutuhkan waktu yang begitu lama bagiku hingga aku terlelap dan yang aku dapati di pagi harinya adalah tekanan yang sangat hebat di dalam diriku yang membuatku berlari cepat ke arah jendela depan.

Tidak lagi duduk, dia terlihat berbaring, jelas masih terlelap.

Kuputuskan untuk keluar dan mendekat di mana dia merebahkan tubuh yang memang tidak dapat aku pungkiri sangatlah menggoda bagi kaum hawa di luar sana dan aku termasuk salah satunya. Begitu refleks, tanganku kembali menyentuh dahinya. Demamnya semakin tinggi. Jika aku melakukan apa yang aku lakukan padanya seperti semalam, dia akan bereaksi sama dan it's useless!

'Another two weeks or three weeks. I can wait.'

Why he's so stubborn?

Beberapa kali aku menghela napasku. Duduk beralas karpet di dekatnya juga bersandar di sofa di mana dia masih berbaring dengan mata terpejam. Sengaja aku membelakanginya, tidak menatap wajah tampannya. Entah kenapa menatapnya adalah hal tersulit untuk aku lakukan sekarang.

Sekali lagi, hanya ada keheningan. Sesekali mataku terpejam, kembali membuka walau tidak ada perubahan apa pun yang terjadi. Tidak tahu mengharapkan apa, yang pasti otakku benar-benar kosong, mungkin terlalu penuh adalah kata yang benar. Begitu banyak kemungkinan di dalam sana. Skenario yang semakin lama semakin membuatku ketakutan.

Helaan napas panjang yang aku lakukan. Kupikir tidak lama aku duduk di lantai beralas karpet di dekatnya, nyatanya aku jatuh terlelap dan saat aku kembali membuka mataku tidak lagi pagi, tetapi sore hari.

The Band!t In Suit - #hackerseries 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang