Chapter 11 - Escape for Life

2.4K 234 5
                                    

Enjoy reading
xoxo io,
March 25, 2021 - 1.26AM
======

Am I dying?

Or dead already?

Kurasakan tubuhku seperti berayun.

Mataku masih terpejam, itu benar adanya. Terakhir yang aku ingat, dia mendekapku begitu kuat, bahkan jantungku seperti lepas detik berikutnya dan yang terdengar mengiringinya adalah suara tembakan yang begitu keras.

Headache!

So painful!

I don't know what I'm feeling.

Begitu berat, hanya untuk membuka mataku. Yang terdengar sekarang adalah napas yang menderu. Yakin bukan napasku! Aku bahkan tidak sedang berlari. Menunggu beberapa saat. Oh, tidak ada tenaga atau kekuatan apa pun bagiku, bahkan hanya untuk membuka mataku.

So dark here!

I don't know where I am.

Still same!

Tubuhku berayun. Tidak tahu berapa lama hingga kurasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku. Jika sedari tadi hanya deru napas, sekarang aku dapat mendengar suara lain dan di saat yang sama tubuhku serasa berhenti berayun.

"Open your eyes."

Tidak hanya sekali. Kalimat yang sama dari suara yang sama terdengar beberapa kali dan tepukan lembut di pipiku itu masih terasa.

"Please."

Kini yang kurasakan berikutnya adalah dadaku seperti ditekan. Beberapa kali.

"Open your eyes."

Yang terjadi berikutnya adalah cahaya terlihat. Aku berhasil membuka mataku. Seperti bayangan yang semakin lama semakin jelas.

"Thank God."

Bukan lagi tepukan di pipiku, tetapi elusan lembut setelah mataku terbuka sempurna. Seharusnya aku mengenal dengan baik suara sexy yang terdengar sedari aku masih memejamkan mataku hingga membuka sempurna.

Pandanganku mengedar cepat. Bukan sungai atau di pinggiran sungai, tetapi hutan. Posisinya duduk, menyandar di pohon. Bertanya di mana posisiku? Well, aku dipangkuannya dengan posisi miring dan punggungku menyandar di lengan kirinya. Seperti dua makhluk yang sedang memadu kasih, how sweet! In fact, we're two strangers yang berada dalam situasi buruk yang tidak diinginkan oleh siapa pun orang di luar sana! Sebut saja in danger!

"Where are we?"

Itu benar suara pelanku yang berhasil menghentikan elusan lembutnya di pipiku.

"Wood."

"In the middle of nowhere?"

Hanya anggukan yang dia berikan. Pandanganku beralih dari mata abu-abunya ke pakaian yang aku pakai. Sangat basah, begitu juga pakaiannya. Detik selanjutnya, lengan kananku yang aku lihat, luka tembakku sudah terbalut oleh kain putih. Oh, aku tahu itu sobekan dari kaos yang dipakainya.

"You saved me."

Dia tidak menjawabku. Yang ada dia memberikan respons lain.

"Could you walk?"

Aku yakin posisi sungai itu sudah begitu jauh dan sekarang aku tahu kenapa tubuhku seperti berayun dan deru napas cepat yang aku dengar sebelumnya, dia membopongku dengan berlari, tidak berjalan. Mungkin dia menarikku setelah terjun jurang di mana sungai berada di bawahnya. Aku tidak sadarkan diri setelahnya.

The Band!t In Suit - #hackerseries 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang