"Open your eyes."
Beberapa kali aku mengucapkan kata itu dengan tangan yang sudah menepuk-nepuk tangannya tanpa henti.
Dengan gerakan cepat, kudekatkan jariku di hidungnya juga sedikit menekan pergelangan tangannya. Tidak hanya itu, aku juga mendekatkan telingaku ke dadanya.
Thank God.
Setidaknya dia masih bernapas walau tipis juga jantungnya masih berdetak walau lemah. Otakku harus berpikir dengan cepat. Bagaimana aku dapat menolongnya? Membuatnya tetap bernapas.
Jujur saja, aku begitu ketakutan sekarang. Pasalnya, dia terlihat semakin pucat. Tanpa pikir panjang, dengan cepat aku menyingkap kaos yang dipakainya. Begitu merah, aku yakin bagian itu yang terkena tembakan.
Tidak hanya merah, namun luka itu terlihat membiru. Jangan katakan apa yang ada di otakku adalah benar. Dengan cepat aku membungkuk mencoba mencium bau apa saja yang ada di lukanya itu. Mungkin aku tidak percaya dengan indra penciumanku, refleks aku merasakan luka itu dengan lidahku.
Oh, no.
Sekali lagi, mungkin karena kepanikanku, dengan cepat aku menyedot luka itu, lalu membuangnya. Kulakukan beberapa kali hingga rasa itu tidak ada lagi.
Masalah besarnya adalah, aku yakin efek dari sesuatu yang kurasakan dari luka itu sudah menyebar ke tubuhnya.
"Bertahanlah."
Bibirku tidak berhenti mengucapkan kata itu.
I'm running out time!
Tanpa berpikir dua kali, aku berlari cepat. Satu tempat yang aku tuju: rumahku.
Run and run.
Seharusnya tidak jauh. Aku terus berlari hingga Aku melihat rumahku. Kubuka cepat pintu rumahku, lalu mencarinya.
Berharap cairan juga beberapa resep dedaunan tumbuk yang aku punya dapat menyelamatkannya. Jika ada yang berpikir dia terkena racun, itu benar. Racun yang aku yakin berasal dari peluru yang menembus kulit perutnya itu.
Kuambil cepat cairan dan resep dedaunan tumbuk itu, lalu membawa mobilku dengan kecepatan tinggi. Tidak hanya itu, juga beberapa alat yang dapat kupakai untuk mengeluarkan peluru mengerikan itu.
"Bertahanlah," aku terus menggumamkan kata itu hingga mobilku berhenti tidak jauh dari laki-laki itu berbaring.
Step by step.
Aku melakukannya dengan begitu hati-hati. Jujur Aku bukanlah seorang dokter dan hal yang kulakukan sekarang bukanlah keahlian yang aku miliki. Hanya mengandalkan ingatanku satu tahun lalu, ya, aku pernah melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan sekarang.
Peluru itu sudah berhasil kukeluarkan. Selanjutnya Aku harus membuatnya sterile.
"Bertahanlah," lirihku. Mungkin aku tidak sanggup lagi bersuara. Entah apa yang terjadi padaku.
Tanganku tidak diam saat mengucapkannya, namun kudekatkan di hidung dan pergelangan tangannya.
Detik berikutnya, kuberikan cairan yang aku bawa sebelumnya. Kutunggu beberapa saat hingga benar-benar meresap sempurna.
Covering the wound.
Seperti itu yang aku lakukan sekarang dengan resep dedaunan tumbuk itu yang aku buat dari beberapa daun yang kucampur menjadi satu dengan obat-obatan alami lainnya. Sedikit menekan ya hingga menempel sempurna di kulitnya.
Keep sterile.
Dengan cepat kubalut luka itu dengan melilitkan kain putih itu memutari perut hingga pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Band!t In Suit - #hackerseries 0
Aksi.................................. Warn!ng 18+ Only .................................. This is a PREQUEL of "Are You a Criminal?" story. ACTION story with SEXY romance. Bisa dibaca terpisah, namun disarankan baca "Are You a Criminal?" story juga😊😊...