Pembukaan Kos-Kosan

3.8K 220 17
                                    

Seorang pria berusia kira-kira 21 tahun berhenti di depan sebuah kos-kosan dua tingkat dengan enam kamar yang terlihat sangat kotor dan kusam.

Meski begitu pria itu tetap menunjukkan senyum lebarnya seakan itu adalah harta yang berharga baginya.

Ia kemudian masuk ke dalam pagar kos-kosan itu dan memperhatikan sekitarnya. Tidak ada yang bisa dibilang bagus dari kos-kosan ini.

Halamannya dipenuhi oleh rumput-rumput liar yang tumbuh melawan conblock yang ada disitu. Dinding warna oranye terlihat sangat kusam penuh dengan debu dan sarang laba-laba di ujung-ujung plafon tersebut. Ditambah lagi ada pohon bambu yang menambah kesan seram pada bangunan ini.

Meskipun begitu, pria itu tidak terlalu peduli dengan hal itu. Karena ia tidak percaya dengan hal-hal seperti karena belum pernah bertemu dengan yang begituan. Kalaupun bertemu dengan yang seperti itu, ia akan mencoba berteman dengan mereka semua dari pada lari ketakutan.

Ia kemudian mengeluarkan smartphone miliknya dari kantong celananya, mengecek waktu saat ini. Jam sudah menunjukkan pukul 11.02 siang dan dia juga sedang menunggu seseorang disini.

"Udah jam segini, kemana lagi dia?"

Saat sedang berandai-andai kapan orang yang ia tunggu datang, tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang memanggil namanya.

"Oi, Lam!"

Ia pun menengok dan menyapa balik orang tadi. Sepertinya itu adalah orang yang ia tunggu-tunggu.

Seorang perempuan dengan rambut panjang lurus yang rapi bersamaan dengan pakaian formal yang juga tidak kalah rapinya, penampilannya sudah seperti ingin bertemu dengan orang penting.

"Lama amat, kak. Darimana aja?"

"Ya maaf, Lam, soalnya tadi abis ketemu klien penting sama ngurus kerjaan lainnya."

"Yaudah deh Kak, mana kuncinya?"

"Nih."

Perempuan itu pun memberikan beberapa kunci kepada pria itu—Alam. Alam pun menerimanya dengan senang hati. Ia sudah tidak sabar ingin menjadikan kos-kosan ini sebagai istananya.

Wajah Alam yang sedang senyum-senyum sendiri kemudian disadari oleh kakaknya yang langsung menyadarkan Alam dari lamunan indahnya.

"Yeh, malah ngelamun nih anak. Awas ntar kesambet, loh."

"Ah, Kakak bisa aja," balas Alam menanggapi kakaknya dengan candaan.

"Tapi serius deh Lam, kamu gak ngerasa aneh sama suasana di kos-kosan ini? Walaupun ini kos-kosan warisan orang tua kita, tapi serem aja tau disini."

"Gak tuh, biasa aja. Aku aja biasa aja."

"Ya kamu mah emang gak pernah takut kayak gitu-gituan dari dulu. Kakak inget kamu dulu gak ada ekspresinya pas nonton film horor."

"Ya mau gimana lagi, Kak. Orang gak serem."

"Dasar anak aneh," ucap Kakaknya.

"Kakak ngatain adek sendiri tadi 'anak aneh', lho. Gini-gini hatiku rapuh, lho."

Kakak Alam tidak menanggapi perkataan adiknya dengan serius dan malah tertawa seakan itu lucu. Lalu tiba-tiba, smartphone milik Kakaknya Alam berbunyi yang membuat perhatiannya teralih.

Ia kemudian melihatnya dan raut wajahnya pun berubah.

"Eh, Kakak duluan ya, udah ada panggilan dari Bos, nih."

"Oke deh. Selamat bekerja, kakakku."

Kakaknya pun kemudian pergi. Tapi saat ingin pergi, ia tiba-tiba berbalik badan dan meninggikan suaranya agar bisa terdengar dengan jelas olehku.

"Awas di belakangmu ada hantu!"

"Gak takut!"

Kakaknya Alam masih sempat-sempatnya menjahili Alam dan mencoba menakuti-nakutinya. Tapi itu sama sekali tidak berpengaruh baginya yang seakan sudah tidak bisa merasakan rasa takut lagi.

Setelah Kakaknya benar-benar menghilang dari pandangannya, ia pun segera berbalik ke kos-kosan miliknya ini dan ingin segera membersihkannya.

"Saatnya bersih-bersih!"

Alam pun membersihkan seluruh ruangan dengan penuh semangat. Dari kamar satu ke kamar lainnya ia bersihkan secara teliti dan penuh hati. Mulai dari mencabuti rumput-rumput liar yang ada di halaman rumah sampai membersihkan jaring laba-laba semua sudah ia lakukan.

Dan kali ini tinggal pohon bambu yang masih berdiri sehat disini. Alam sudah membawa golok dan sudah siap untuk mencabutnya. Tapi tiba-tiba, ada suatu suara yang masuk ke dalam telinganya seakan berbisik.

"Jangan dipotong."

Alam langsung memegang telinga kirinya karena suaranya sangat dekat. Ia menengok ke kanan dan kiri mencari siapa yang telah berbisik di telinganya, tapi tidak bisa menemukannya.

"Apa itu tadi?"

Meskipun masih bingung dengan kejadian tadi, tapi akhirnya ia pun mengurungkan niatnya untuk memotong pohon bambu itu.

"Mungkin aku akan melakukannya nanti," gumam Alam.

Dengan tidak jadinya Alam memotong pohon bambu tadi, acara bersih-bersih itu pun telah selesai. Kali ini ia tinggal memasang papan penanda agar ada seseorang yang tahu kalau kos-kosan ini telah dibuka.

Ia pun menancapkan papan penanda itu ke tanah dan kos-kosan milik Alam pun telah siap.

"Baiklah, sekarang tinggal menunggu orang yang akan mengontrak disini."

Alam pun masuk ke dalam rumahnya yang berada satu gedung dengan kos-kosan itu dan enam ruangan lainnya.

Kos-Kosan HoloIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang