Sarapan

697 78 28
                                    

Sekarang sudah hari Senin pagi lagi dan itu artinya Alam harus berangkat kuliah. Meninggalkan kos-kosan tercintanya di tangan makhluk-makhluk aneh yang bukan manusia.

"Hoaam ... kalian akan baik-baik saja, kan?" tanya Alam dengan wajah masih mengantuk.

"Kau selalu mengatakan hal itu setiap kau ingin meninggalkan kami. Memangnya kami tidak bisa jaga diri apa? Hmph!" ucap Iofi ngambek.

Benar. Setiap harinya, Alam selalu bertanya hal itu sebelum ia pergi. Karena ... entah sudah berapa kali kos-kosan yang paling ia cintainya hampir rata dengan tanah. Ia bahkan tidak ingin membayangkan dan mengingatnya lagi.

"Tentu saja aku percaya, kalian bisa jaga diri .... Ehehehe ... Hee ...," ucap Alam sambil membuang muka.

"Keliatan banget boongnya." Sementara Iofi hanya bisa menanggapi datar.

Akhirnya Alam pun pergi melambaikan tangan kepada Iofi dan Anya yang mengantarnya dari depan pintu kos-kosan.

Sejak diselamatkan— tidak, lebih pantas jika disebut dilepaskan dari ayahnya, Iofi selalu mengantar kepergian Alam meskipun yang lainnya sudah jarang sekali melakukannya. Hanya Iofi yang setia.

Dan kali ini Anya juga ikut mengantarnya karena dia baru di sini juga penasaran dengan kebiasaan Iofi di pagi hari.

Setelah Alam sudah tidak terlihat lagi, Anya bertanya pada Iofi. "Lho, cuma begitu doang?"

"Iya, kau kira bakal gimana?"

"Kupikir bakal ada kejadian dramatis dan romantis seperti nangis-nangis sambil melambai-lambaikan tisu."

"Aku rasa kau kebanyakan nonton drama, Nya." Setelah itu Iofi merenggangkan tubuhnya sedikit sebagai pemanasan untuk memulai hari yang panjang. "Kalau begitu, bisa kita mulai pekerjaan rumahnya?"

"A-aku akan berusaha." Dengan wajah seriusnya yang imut, Anya bertekad untuk menjadikan dirinya berguna karena sudah diterima di kos-kosan ini setelah apa yang dia lakukan kepada Iofi dan kawan-kawannya.

Dan pagi mereka yang sibuk pun, dimulai.

Mereka kemudian memulainya dari makanan, Iofi dan Anya pergi ke dapur Alam dan mulai dengan menyiapkan sarapan kepada yang lainnya. Moona, Risu, dan yang lainnya masih tertidur karena kelelahan akibat kejadian yang kemarin.

Jadi sebagai permintaan maaf, Anya akan membantu membuat sarapan meskipun ini pertama kalinya ia melakukan hal seperti ini. Dan sarapan yang ingin mereka buat kali ini adalah omurice, sarapan khas orang Jepang.

"Kenapa harus sarapan khas Jepang?" tanya Anya.

"Biar ada kesan wibunya gitu, lagipula ini gampang dibuat, kok," jelasnya.

"Oh ...." Anya tidak begitu mengerti.

"Apa kau tahu dasar-dasarnya?" tanya Iofi. Anya menggeleng polos. "Iya juga, sih. Kau kan senjata, ya."

Iofi pun menjelaskannya dengan perlahan dan detail, sementara Anya mendengarkan dengan serius. Mereka pun akhirnya mulai memasak. Pertama-tama, ia memasukkan nasi ke dalam wajan dengan minyak panas yang ia goreng dan aduk selama kurang lebih satu menit.

Lalu ia memasukkan bumbu instan nasi goreng yang bisa dibeli di warung dan mulai mengaduknya lagi. Setelah itu, Iofi memasukkan kacang polong serta wortel yang sudah dipotong dadu kecil ke dalam nasi goreng. Dan setelah di goreng beberapa saat, nasi goreng pun siap disajikan.

Lalu langkah kedua adalah telurnya. Iofi memecahkan satu butir telur ke dalam mangkuk kecil yang kemudian ia kocok sampai berbusa.

Sebelumnya Iofi juga sudah mencuci wajan bekas nasi goreng dan telah memanaskan wajan dan melelehkan mentega. Setelah itu, ia langsung memasukkannya ke dalam wajan dengan mentega cair yang sudah dipanaskan.

Kos-Kosan HoloIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang