Sore ini tidak seperti biasanya. Hujan turun dengan derasnya. Bukan, ini bukan ulah Kobo. Tidak semua hujan yang turun adalah hasil keisengan Kobo, malahan Kobo jarang melakukannya karena dia jarang dapat pelanggan.
Tentu saja dengan keadaan langit yang mendung dari tadi sudah pasti ujung-ujungnya bakal hujan. Dan itulah yang membuat orang-orang berlari kecil untuk berteduh.
Tapi tidak untuk satu orang.
Dia duduk tersandar di sebuah gang kecil. Bajunya kotor akibat lumpur dan tanah basah, belum juga tubuhnya penuh luka yang ia baluti secara asal-asalan dengan perban.
Tanpa atap atau apapun untuk meneduhi kepalanya yang langsung terkena air hujan, di sampingnya adalah tempat sampah yang sudah menggunung dan beberapa bahkan jatuh ke dekatnya. Membuat lalat beterbangan di sekitarnya.
Benar-benar tempat paling kotor yang bisa dipikirkan oleh orang untuk duduk.
Dunia seakan berubah seutuhnya baginya, sebelumnya dia adalah seorang Agent yang bekerja untuk kedamaian dunia dari balik bayangan, tapi sekarang malah duduk kehujanan di samping tempat sampah.
Semua ini terjadi karena dia gagal menjalankan misinya, pikir Zeta. Kekuatan mereka terlalu jauh berbeda yang membuatnya tidak memiliki kesempatan menang sedikitpun.
Dan pemimpinnya telah berpesan kalau Zeta gagal dalam misi ini, maka tidak ada tempat baginya untuk pulang. Yang menunggunya di sana hanyalah kematian, Zeta sebagai Agent seharusnya menerima hal itu, tapi dia lebih memilih jalan kematiannya sendiri daripada ditentukan oleh orang lain.
Sudah lima hari berlalu semenjak kejadian itu, secara ajaib Zeta berhasil kabur dari pengawasan Moona yang sedang memperbaiki kos-kosan Alam. Tapi itu baru awal dari penderitaannya.
Zeta tidak punya uang sepeserpun. Dan perban yang ia miliki adalah perlengkapan misinya yang sekarang juga sudah habis untuk membalut seluruh luka dan mengganjal tangan kirinya yang patah.
Tapi hanya itu yang bisa ia lakukan. Soal makanan, dia tidak bisa membeli apapun dan dia tidak makan apapun selama lima hari ini membuat tubuhnya menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Zeta hanya bertahan dengan air keran di taman.
Dan kini ia sudah mencapai batasnya. Tubuhnya sudah tidak kuat untuk bergerak lagi dan sepertinya gang sempit dan kotor ini lah yang akan jadi tempat peristirahatan terakhirnya.
"Sungguh ... akhir yang tidak keren sekali," gumam Zeta lemah.
Tapi saat dia berpikir kalau ini adalah akhir dari hidupnya, tiba-tiba rintikan hujan di atas kepalanya berhenti. Langit juga menjadi lebih gelap dari sebelumnya dan ia sadar kalau ada yang sedang memayunginya setelah mendongak ke atas.
"Aku tidak menyangka kalau aku akan bertemu denganmu lagi."
"Ka-kau ... laki-laki yang bersama dengan makhluk asing."
"Aku punya nama. Namaku Alam. Ngomong-ngomong untuk sekarang ..., bagaimana kalau kita pindah dulu?"
Pertemuan tak terduga antara Zeta dengan Alam sekiranya menunda akhir dari Zeta. Alam membawanya ke sebuah outlet makanan terdekat sekaligus mengajaknya berteduh.
Alam membantu Zeta untuk mengeringkan kepalanya dengan kemeja flanel kotak-kotak hijau miliknya, sekaligus juga untuk mencegah Zeta kena masuk angin. Tapi tetap saja beberapa tetes air hujan masih jatuh dari ujung rambutnya.
Dia juga sadar kalau tubuh Zeta lebih kurus dan pucat dari sebelumnya, jadi dia langsung memesan dua porsi mi ayam untuk dirinya dan juga Zeta.
Zeta masih diam saja tidak menyentuh mi ayam yang beruap tanda kalau itu masih panas. "Apa yang kau tunggu lagi? Cepat makan," ucap Alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID
FanfictionFanfic yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari para member holoID dari gen 1 dan gen 2 (dan gen 3)