Alam dan yang lainnya berhasil masuk ke dunia lain berkat portal yang dibuat oleh Reine.
Alam yang dulunya seorang penyuka animanga berat pasti akan berteriak tidak percaya karena dirinya bisa masuk ke dunia lain. 'Ini Isekai, woi! Isekai!' minimal seperti itu kalau diibaratkan.
Memang awalnya Alam ingin berteriak seperti itu, tapi hal itu ia urungkan. Karena dirinya dan juga yang lainnya melihat sesuatu yang membuat mereka semua terdiam.
Reine sebelumnya bilang kalau udara di dunia ini sangat bersih dan menyegarkan karena tidak ada polusi kendaraan dan sebagainya. Tapi portal yang dibuat Reine membawa kami ke pemandangan yang berbeda seratus delapan puluh derajat.
"Kejamnya."
Kata-kata tak sengaja terpeleset keluar dari mulut Iofi ketika melihat pemandangan itu. Semuanya merah. Berkobar dengan hebat dan membumbung tinggi ke langit.
Pemandangan sebuah kota terbakar hebat tersaji di depan mata mereka. Beruntung portal Reine mengeluarkan mereka semua di luar benteng perlindungan kota, jika mereka keluar di dalam kota mungkin saja mereka tidak selamat.
"Bencana ... tidak, apa ini perbuatan manusia?" tanya Alam.
Tapi tidak ada yang menanggapi pertanyaan Alam, semuanya terpana dengan hal yang ada di depan matanya— terutama Reine. Ia maju beberapa langkah ke depan, matanya tidak berkedip dari tadi melihat kebakaran itu.
Ia melihat ke arah lain di dalam kota. Ke satu-satunya bangunan tinggi besar selain menara pertahanan. Matanya semakin melebar karena bangunan itu juga tidak luput dari kebakaran yang terjadi. Bangunan yang seharusnya berwarna putih menyilaukan sekarang berubah menjadi kehitaman dan sebagian telah rubuh.
Angin yang dihasilkan api itu juga menerbangkan banyak hal. Dan salah satunya terbang turun ke hadapan Reine.
Reine membuka telapak tangannya dan membiarkan sesuatu itu jatuh di telapak tangannya. Itu adalah sehelai bulu merak bercorak hijau biru yang ujungnya masih terdapat nyala api. Lalu beberapa detik kemudian, api itu melahap bulu merak tadi dan menyisakan abu di telapak tangannya.
"Reine ...?"
Reine tersadar ketika Moona memanggilnya. Ia menggenggam abu di tangannya lalu menengok ke arah teman-temannya. "Ini bukan tempat yang kita tuju. Ayo kita pergi dari sini!" Reine berjalan duluan.
"Pergi? E-Eh? Tu-tunggu dulu! Memangnya kau tahu arahnya?" tanya Alam.
"Tentu saja aku tahu! Meskipun samar-samar, tapi aku bisa merasakan energi sihir dari orang yang membuat portal di tempat kalian."
"Makanya tunggu dulu!" Alam mengejar Reine dan berhasil menahan tangannya. "Kenapa kita harus terburu-buru? Apa kau tidak mau melihat ke dalam kota dan mencari informasi?"
Sementara Reine yang tangannya ditahan, menarik secara paksa dan melepaskan dari genggaman Alam dengan kasar. "Tidak perlu. Kita tidak perlu melakukannya."
"Reine?"
"Di sana sudah tidak ada apa-apa. Semuanya sudah habis. Tidak ada yang tersisa."
Alam ingin mengatakan sesuatu lagi. Tapi dia mengurungkan niatnya karena tatapan Reine penuh dengan kesedihan dan trauma, jadi dia membiarkan Reine jalan duluan. Sementara Moona, Iofi, dan Ollie juga mengikuti Reine dalam diam tidak ingin bertanya apa-apa soal kota itu.
Alam menengok ke arah kota yang terbakar itu lagi, lalu melihat ke arah anting-anting yang dipakai oleh Reine. Ia sadar kalau ornamen, pakaian, dan aksesoris yang dipakai oleh Reine semuanya mirip dengan warna dominan dari bangunan itu. Setelah itu, ia pun menyusul mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID
FanfictionFanfic yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari para member holoID dari gen 1 dan gen 2 (dan gen 3)