Sang Penyihir, Ayunda

810 90 50
                                    

Risu membuka matanya. Kini ia tidak sedang berada di rumah Alam ataupun kamarnya. Tapi tidak ada wajah terkejut berlebihan pada wajahnya. Ia hanya merasa bosan saja.

"Lagi-lagi tempat ini."

Risu berdiri di depan sebuah rawa-rawa dengan pepohonan bakau yang mengelilingi perairan ini. Air di rawa ini terlihat tidak terlalu bersih karena di dasarnya terdapat lumpur yang terbenam.

Terdapat juga teratai dan beberapa hewan yang biasa ditemui di rawa seperti kodok, capung, dan bahkan beberapa jenis kadal. Tapi itu tidak membuat Risu terkesan maupun takut. Karena sekali lagi, ia sudah cukup sering berkunjung ke tempat ini.

Ia mencubit pipinya cukup keras dan seperti sudah menduganya, tidak ada rasa sakit sedikitpun yang ia rasakan seperti saat ia dicubit Iofi. "Ini mimpi," gumamnya. Jadi apapun yang terjadi di tempat ini tidak akan memengaruhi kehidupannya di dunia nyata pikir Risu.

Jadi untuk sementara waktu, dia akan menikmati pemandangan yang diberikan oleh otaknya di dalam bunga mimpinya saat ini. Dan mulai berkeliling.

Risu mengakui kalau pemandangan di sini cukup damai dan menenangkan. Tidak ada suara orang-orang bercengkrama atau suara kendaraan yang biasanya ia dengar di kos-kosan Alam. Tapi entah kenapa ini membuatnya tidak nyaman.

Ia mendecakkan lidahnya. Tempat ini mengingatkannya dengan salah satu bagian Magical Forest. Tempat asal Risu sebelum ia membuka portal ke dunia Alam dan pindah kesana.

Orang-orang dekat Risu dulu saat di Magical Forest memperingatkan Risu untuk tidak mendekati daerah rawa-rawa. Itu adalah daerah terlarang di Magical Forest.

Saat masih kecil, Risu diceritakan tempat terlarang di Magical Forest itu adalah tempat tinggal monster ganas yang akan memakanmu bahkan sebelum kau menyadarinya. Jadi anak-anak lain seumuran Risu ketakutan dan tidak ada yang berani mendekati daerah rawa-rawa.

Kecuali Risu.

Saat kecil, ia secara diam-diam datang ke daerah rawa terlarang. Kurang lebih pemandangannya sama dengan apa yang Risu lihat dalam mimpi saat ini— kecuali waktu itu Risu kecil datang pada malam hari.

Tidak ada yang aneh saat itu. Bahkan nampak begitu indah ketika kunang-kunang mulai berkomunikasi dengan cahaya di tubuh mereka. Apa yang begitu ditakuti ketika pemandangannya seindah ini, pikir Risu kecil.

Begitu sedetik lalu pemikiran Risu kecil, ketika dari belakang tiba-tiba ia merasakan bulu kuduknya merinding. Tubuhnya kaku dan kakinya gemetar, ia bahkan terpaku dan tidak bisa menengok ke belakang walaupun ia tahu ada sesuatu di belakangnya.

Dengan lampu petromak fantasi yang ia gantungkan di sebuah kayu kecil seperti kayu pancing sebagai satu-satunya pencahayaannya, Risu kecil mengumpulkan keberaniannya dan berusaha untuk menengok ke belakang.

Ketika semua keberanian yang ada di dirinya terkumpul, Risu kecil menengok ke belakang dengan cepat. Tapi tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Ia menghela nafas lega karena mungkin itu hanya ketakutan berlebihannya saja.

Risu kecil kembali melihat ke depan dan sedikit tersenyum. Dalam hatinya ia berniat untuk ingin segera pergi dari tempat ini.

"Boo!"

Tapi saat ia melihat ke depan, tiba-tiba seseorang mengagetkannya dengan ucapan 'Boo!' yang terdengar tidak berusaha sama sekali. Meski begitu, itu cukup untuk membuat Risu kecil ketakutan setengah mati.

Jarak wajah mereka berdua hampir tidak ada. Satu-satunya pemikiran Risu kecil saat itu adalah lari sejauh-jauhnya darinya. Ia berteriak sangat kencang dan menjatuhkan lampu petromak fantasinya.

Kos-Kosan HoloIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang