Kehidupan mereka di komplek perumahan yang mereka kira telah berakhir akibat kebakaran yang diciptakan oleh Risu— lebih tepatnya kekuatan terakhir Ayunda sebelum ia menyatu sepenuhnya dengan Risu, tiba-tiba lenyap begitu saja.
Hujan yang begitu tiba-tiba dan tanpa peringatan membuat itu semua terlihat aneh. Bahkan hujan tersebut cukup deras dan mencakup semua daerah yang terbakar sejauh satu kilometer.
Seolah hujan itu diatur oleh seseorang. Meskipun seharusnya hal itu mustahil, tapi Alam pernah dengar tentang seseorang yang menyebut dirinya 'Pawang Hujan' atau 'Rain Shaman'.
Awalnya Alam tidak percaya dengan yang begituan, tapi setelah bertemu Moona dan yang lainnya, sosok pawang hujan itu hanya seperti remahan roti dibandingkan oleh Alien, Dewi Bulan, Zombie, dan lain-lain. Jadi kemungkinan besar dia ada di belahan bumi ini.
Mereka semua kini dalam kondisi basah kuyup setelah dihantam oleh hujan deras tiba-tiba, tidak memiliki waktu untuk meneduh karena terlalu bingung oleh kedatangannya.
"Akhirnya semua sudah selesai," ucap Moona lega.
"Yah ..., benar-benar hari yang panjang sekali, apa kita sudah tidak di sini selama seminggu, ya?" tanya Ollie.
"Jangan lebay deh, bahkan sehari aja enggak ada," balas Iofi datar.
"Oh ayolah! Bercanda sedikit, dong!" Ollie memeluk Iofi dan mengelus-elus pipi Iofi dengan pipinya.
Tapi Iofi mencoba melepaskannya karena tubuhnya masih sakit bekas yang tadi— Juga matanya hampir kecolok pedang Ollie. "Aduh, aduh, masih sakit! Pinggangku! Mataku juga! Pedangmu nusuk, woi!"
"Oh? Ehehe ... maaf, maaf."
Alam tersenyum melihat kelakuan Ollie dan Iofi. Meski baru saja melewati situasi yang menegangkan sekaligus membingungkan sebelumnya, tapi mereka tetap tenang dan mencoba melupakannya dengan kelakuan-kelakuan seperti yang ditunjukkan barusan.
Alam pun menyadari kalau Reine juga ikut tersenyum melihat tingkah Iofi dan Ollie, lalu kemudian ia mendekatinya. "Ini adalah pemandangan yang akan kau lihat setiap hari jika tinggal di sini, aku harap kau tidak terganggu."
"Ah, tentu saja tidak. Aku malah senang karena ramai. Di tempatku dulu selalu tegang dan serius, jadi aku senang karena suasana cair seperti ini bisa aku saksikan."
Meskipun Reine tersenyum, tapi tatapan mata Reine yang melihat Iofi dan Ollie cenderung sedih. Ia seperti tidak fokus pada apa yang dilihatnya dan sedang memikirkan yang lain.
"Kau boleh tinggal di sini selama yang kau mau, kok," ucap Alam tiba-tiba.
"Eh? Kenapa tiba-tiba?"
"Aku tidak tahu dengan apa yang telah kau alami sebelumnya, tapi jika kau tidak ingin membicarakan masa lalumu kepada kami, aku tidak akan memaksanya. Lagipula apa gunanya jika itu hanya membuat trauma lamamu kembali, kan?"
Mata Reine melebar terkejut. Ia jadi teringat apa yang dikatakan oleh Ollie soal Alam sebelumnya. "... Tapi Alam berbeda, dia dengan tangan terbuka menerima keadaanku yang seperti ini dan bahkan tidak bertanya lebih lanjut tentangnya."
Dan tanpa sadar pipi Reine memerah karena kagum. Itu juga yang membuatnya menoleh ke arah lain agar Alam tidak bisa melihat wajah merahnya.
"Ada apa?" tanya Alam.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang senang. Itu saja." Reine kemudian menarik nafasnya dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Lalu kemudian menoleh dan tersenyum kepada Alam. "Terima kasih karena telah menerimaku di sini, Alam! Mohon kerjasamamu ke depannya!"
Dan sekarang malah Alam yang wajahnya memerah dan membuatnya menggaruk-garuk kepalanya. "Ya, mohon kerjasamanya."
"Ciaelah, buaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kos-Kosan HoloID
FanfictionFanfic yang menceritakan tentang kehidupan sehari-hari para member holoID dari gen 1 dan gen 2 (dan gen 3)