Sudut Pandang Sang Mata-Mata

595 59 17
                                    

Smartphone di meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 5.29 pagi. Suasana di kamar tidur itu masih sepi karena pemiliknya masih berada di dunia mimpi. Dan ketika waktu sudah pukul setengah enam, alarm pun berbunyi dengan keras dan berulang-ulang.

"Nggh ...."

Dia masih belum bangun, tapi sudah sedikit terganggu karena bunyi alarm yang keras. Dengan malas, tangannya mencoba meraih smartphone itu dan ingin mematikannya. Gagal.

Percobaan kedua juga gagal dan smartphone-nya malah bergeser semakin ke pinggir meja. Tangannya yang terus meraba pada akhirnya menjatuhkan smartphone yang dari tadi ia ingin matikan alarmnya.

"Aww ...!"

Apesnya, malah kena kepalanya. Membuatnya terkejut dan langsung bangun mengusap dahinya. Ia kemudian duduk di kasurnya, dengan mata yang masih lima watt dan nyawanya belum terkumpul. Akhirnya ia bisa mematikan alarmnya.

Ia kemudian bangun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke dapur, lalu menyeduh kopi dan meninggalkannya sembari ia segera mandi. Setelah melakukan rutinitas paginya itu, langkah yang terakhir ialah duduk di depan cermin dan mengikat rambutnya.

Rambut abu-abunya sudah terlalu panjang jika harus dibiarkan tergerai— dan juga terlihat tidak rapi, jadi ia memutuskan untuk mengikatnya. Dan gaya kesukaannya adalah kitty ears hairstyle. Selain lucu, itu juga membuatnya seperti memiliki tanduk.

"Yosh."

Ia kemudian berdiri dan berjalan menuju mading yang terdapat enam gambar perempuan. Semuanya ditarik garis menuju ke satu titik yang sama yaitu sebuah kos-kosan tempat mereka tinggal.

Dia masih tidak tahu bagaimana caranya keenam perempuan itu bisa tinggal bersama di dalam satu atap, tapi hal itu justru memudahkannya untuk melacak keberadaan mereka.

Benar. Mereka bukan manusia. Itu yang dia tahu. Dan sesuatu yang bukan manusia dan memiliki kecerdasan pasti berbahaya bagi umat manusia. Karena itulah dia menjalani misi ini sekarang. Misi untuk menangkap keenam makhluk aneh itu.

Dia memperhatikan keenam gambar itu. "Zombie, dua manusia jadi-jadian, sebuah senjata, alien, dan satu lagi ...." Ia memicingkan matanya. Foto wanita berambut ungu itu yang paling menarik perhatiannya.

"... Terkadang kau seorang manusia, tapi kadang juga bukan. Siapa kau sebenarnya?" gumamnya.

Ia dengan cepat menarik pisau yang ia sembunyikan di pahanya lalu melempar tepat menancap ke dahi wanita berambut ungu itu. "Aku pasti akan mengungkap siapa sebenarnya dirimu."

'Drrt! Drrt!'

Smartphone miliknya yang masih berada di kasur berantakan kemudian berdering. Ia lupa untuk merapikannya tadi dan malah langsung malah langsung bangun. Tapi ia dengan cepat segera mengangkatnya.

"Iya?"

"Berikan laporanmu segera."

Suara tegas dari seorang lelaki di telepon membuat dia yang awalnya santai-santai menjadi lebih kaku dan formal. Itu adalah suara dari atasannya yang biasa ia sebut 'Pusat' agar menjaga kerahasiaan identitasnya.

"Baik, pak." Dia kemudian mengambil sebuah buku catatan kecil di atas mejanya. Itu berisi informasi tentang enam orang yang sedang ia selidiki.

"Yang pertama adalah seorang alien bernama Airani Iofifteen. Dia berasal dari luar angkasa dan turun kesini dengan mengendarai sebuah kapal luar angkasa yang mirip UFO. Lalu yang selanjutnya adalah zombie bernama Ollie. Tidak banyak yang diketahui darinya kecuali fakta kalau tubuhnya dapat dibongkar pasang dan nampaknya juga abadi ...."

Kos-Kosan HoloIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang