"Mommy dan daddy bercerai?" tanyaku pada ibuku.
Tubuhku seperti tersengat listrik. Aku baru saja pulang sekolah, dan ibuku memberi tahu kabar itu. Selama ini aku pikir pernikahan ayah dan ibuku baik-baik saja. Tapi ternyata itu hanya ilusiku belaka. Aku dapat melihat mata ibuku yang bengkak karena menangis.
Tadinya aku pulang dengan perasaan bahagia karena aku akan libur musim panas selama tiga bulan. Tapi kenyataan menghantamku begitu sampai di apartemen. Perasaan bahagia yang tadinya ada di dalam hatiku lenyap begitu saja.
"Apa yang terjadi?" tanyaku.
"Kami sudah tidak cocok lagi. Kau akan ikut denganku ke rumah nenekmu di North Carolina."
Rumah kakek nenekku berada di Wilmington, North Carolina. Kakek dan nenek dari pihak ibuku telah tiada, tapi rumah mereka di sana menjadi warisan ibuku karena hanya dia anak satu-satunya. Ketika aku kecil aku sangat senang diajak ke rumah nenekku di sana. Tapi tidak kali ini, ini mimpi buruk. Aku harus meninggalkan sekolahku di sini, dan juga teman-temanku.
"But, mom. Aku ingin tinggal di New York. Aku tidak ingin meninggalkan sekolahku di sini."
"Ini bukan negosiasi, Star," ujar ibuku.
"Mom, please! Aku tidak ingin hidup di kota kecil itu."
"Tidak ada yang buruk dari kota itu. Faktanya, aku dapat hidup di sana hingga aku lulus sekolah. Kau bisa menentukan jalan hidupmu nanti ketika kau kuliah. Tapi tidak sekarang. Kau harus ikut denganku," kata ibuku.
"Mom, ini adalah hidupku! Kau tidak berhak mengaturku! Aku akan ikut ayah dan tinggal di sini!"
Plak!!
Aku merasakan rasa panas menyengat di pipi kiriku. Ini pertama kalinya ibuku menamparku. Tamparan ini membuatku meneteskan air mataku. Rasa sakit karena ditampar, rasa sakit hati karena perceraian kedua orang tuaku, dan rasa sakit karena aku harus meninggalkan teman-temanku di sini, semua berkumpul dan menyesakkan dadaku. Aku tidak suka perasaan ini.
"Cukup, Star! Berkemaslah. Kita akan pergi besok!" perintah ibuku, lalu dia pergi ke kamarnya.
Aku masuk ke kamarku. Aku melihat sekeliling kamarku, aku tidak ingin meninggalkan apartemen ini. Sesungguhnya bukan itu yang aku inginkan, aku tidak ingin aku dan ibuku meninggalkan apartemen ini. Aku ingin ayah dan ibuku tidak bercerai.
Aku keluar kamar, dan keluar apartemen kami. Aku harus mengunjungi ayahku di kantornya, aku akan berlutut dan memohon agar tidak menceraikan ibu.
Aku berjalan sekitar 5 blok menuju kantor ayahku. Ayahku seorang pengacara, dia bekerja di bagian legal suatu perusahaan konstruksi.
Aku telah sampai di kantor ayahku, dan aku segera bertemu resepsionis.
"Ada yang bisa aku bantu?" tanya seorang resepsionis dengan ramah.
"Aku ingin bertemu Mr. Tony Allen, bagian legal," kataku.
"Baik, tunggu di sana," ujar wanita itu sambil menunjuk sebuah sofa tak jauh dari sana.
Aku duduk di sofa sambil menunggu ayahku. Lalu tak lama kemudian, ayahku turun dari lift dan menemuiku di sofa ruang tunggu. Aku segera berdiri dan memeluk ayahku.
"Dad, jangan ceraikan mommy," kataku sambil menangis, aku tak sanggup menahan air mataku lagi.
"Apakah ibumu sudah memberitahumu?" tanya ayahku sambil mengelus rambutku.
Aku mengangguk dalam pelukannya.
"Itu adalah keputusan ibumu. Aku tidak bisa berbuat apapun lagi," ujar ayahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )
Teen FictionAkibat perceraian kedua orang tuanya, Star Allen harus pindah bersama ibunya dari New York ke Wilmington, kota kecil di North Carolina. Star harus bertahan hidup dengan kesederhanaan, belum lagi dia harus menghadapi fakta bahwa hatinya jatuh pada pr...