Alarm di atas nakas berbunyi tepat pukul 6, suaranya yang nyaring membuatku terbangun. Aku segera turun dari kasur untuk ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah. Tubuhku sudah terasa lebih baik dari kemarin.
Begitu aku membuka pintu kamar, tercium aroma telur goreng. Aku mengurungkan niatku ke kamar mandi, dan menuju dapur. Sungguh, kenapa perutku selalu lapar? Ketika aku melihat ke arah dapur, ternyata Ethan sudah bangun dan sibuk di dapur.
"Kau bisa memasak?" tanyaku dengan kagum melihat Ethan dengan celemek merah muda milikku.
"Tentu saja, aku sering membantu ibuku di dapur," jawab Ethan.
"Kau serba bisa sekali," tuturku.
"Itu karena mau belajar. Kalau kau mau mencoba dan belajar, kau juga akan bisa melakukan banyak hal," ucapnya.
"Apa yang kau buat?" tanyaku lagi.
"Telur goreng, kentang goreng, daging asap, roti panggang, dan jus jeruk," jawab Ethan.
"Wow, tampaknya sangat enak," ujarku.
Aku melihat Ethan sibuk di dapur, tapi aku tidak membantunya. Aku hanya senang menikmati pemandangan ini. Pagi hari, Ethan sudah ada di rumahku dan menyiapkan sarapan untuk kami.
Beberapa menit kemudian, Ethan telah selesai menyiapkan sarapan kami. Ethan melepas celemek, dan meletakkan makanan di atas meja makan. Lalu kami berdua makan di meja makan.
"Aku akan pergi sebentar lagi. Aku harus pulang dulu untuk berganti baju, sebelum ke sekolah. Ibumu akan datang pagi ini," ucap Ethan.
"Aku sudah bilang pada ibuku, kalau aku ingin pergi ke sekolah," kataku, lalu aku menyuap kentang goreng ke mulutku.
Mata Ethan melotot ke arahku. "Tidak! Kau harus istirahat!" titahnya.
Aku memutar bola mataku. "Tidak, aku akan ke sekolah," bantahku.
Ethan menghembuskan nafas panjang. Aku tahu dia tidak akan mendebat perkataanku lagi.
"Kalau begitu, kau bersamaku saja. Jangan naik sepeda," ucap Ethan.
"Okay," jawabku. Aku melanjutkan makan makanan di depanku ini.
Kami pun melanjutkan sarapan. Setelahnya, aku bersiap pergi ke sekolah. Aku pergi bersama Ethan dengan mobil ayahnya. Kami mampir ke rumah Ethan sebentar karena Ethan ingin berganti pakaian. Setelah selesai, dia memarkir mobil ayahnya masuk ke garasi, lalu kami pergi bersama ke sekolah naik motor Ethan.
***
Bel istirahat berbunyi. Aku, Ellen, dan Joanna pergi ke kantin. Kami membawa nampan berisi makanan, dan mengambil meja yang masih kosong.
"Jadi kemarin kau benar-benar pingsan?" tanya Joanna begitu kami duduk.
Aku mengangguk.
"Kau tahu dari mana?" tanyaku.
"Ethan memberi tahu Ivan, dan Ivan memberitahuku," jawab Joanna.
Aku mengangguk paham.
"Bagaimana hubunganmu dengan Ivan? Kau sudah berdamai dengan ibu Ivan?" tanyaku.
"Memangnya apa yang terjadi denganmu dan ibu Ivan?" tanya Ellen pada Joanna.
"Ah, aku lupa memberitahumu," kata Joanna. "Ibu Ivan tidak setuju dengan hubungan kami karena aku berwajah Asia." Joanna sudah terlihat lebih tenang sekarang.
Aku mendengar Ellen mendesah, "Orang tua yang kolot, bagaimana bisa jaman sekarang masih membedakan ras? Jadi bagaimana sekarang hubungan kalian?"
"Entahlah. Bagaimana pun, dia tetap orang tua Ivan. Kami akan berhubungan diam-diam di belakang ibu Ivan," ucap Joanna dengan lesu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )
Teen FictionAkibat perceraian kedua orang tuanya, Star Allen harus pindah bersama ibunya dari New York ke Wilmington, kota kecil di North Carolina. Star harus bertahan hidup dengan kesederhanaan, belum lagi dia harus menghadapi fakta bahwa hatinya jatuh pada pr...