15 : Swollen

604 90 42
                                    

Setelah semalam menangis karena merindukan ayahku, dan juga pertengkaran dan momen mengharukan bersama ibuku tadi pagi, mataku bengkak karena menangis. Tapi aku tetap datang ke sekolah. Aku sedang berada dalam gedung dan akan menuju lokerku.

"Star!" Joanna memanggilku dari belakang. Dia berlari kecil ke arahku dan sekarang kami jalan bersebelahan.

"Hai, Jo."

"Ya Tuhan! Kenapa matamu? Kau menangis?"

"Bukan apa-apa," kataku pada Joanna sambil tersenyum.

"Kalau ada masalah, cerita saja padaku. Mungkin aku bisa membantu."

"Tidak ada masalah, Jo. Tenang saja," kataku lagi sambil tersenyum. Aku masih belum terlalu terbiasa dengan orang-orang di sini yang terlalu terbuka dengan masalah mereka.

Aku sudah berdiri di di depan lokerku untuk mengambil bukuku. Joanna juga berada di lokernya, loker Joanna agak jauh dari lokerku. Ketika aku sedang sibuk mencari buku, seseorang mengetuk bahuku. Aku menoleh, ternyata Ethan.

"Ini untukmu. Untuk matamu yang bengkak," kata Ethan. Dia memberikan aku ice pack kecil di tangannya. Aku mengambilnya.

"Terima kasih. Kenapa kau membawa ini?" tanyaku pada Ethan. Aku segera menempelkan ice pack ke mataku agar tidak terlalu bengkak.

"Aku melihatmu di tempat parkir dengan matamu yang bengkak itu. Lalu aku mencurinya dari orang yang berjualan daging mentah."

"Daging mentah!" Seketika aku jijik dengan ice pack itu. Sialan! Sudah aku tempelkan ke mataku pula!

Ethan tertawa.

"Tidak, Star. Aku bercanda. Aku mendapatkannya dari school health service," kata Ethan.

Aku bernafas lega. Aku menempelkan ice pack itu kembali ke mataku.

"Thank you."

"No prob," jawab Ethan singkat.

Ethan membuka lokernya dan mengambil buku, lalu menutup pintu lokernya lagi. Dia langsung pergi ke kelasnya. Dia tidak bicara apa-apa lagi.

Mataku sudah terasa baikan, akhirnya aku juga masuk ke kelasku bersama Joanna. Ellen sudah datang, duduk sambil membaca bukunya.

"Hai, Ellen," kata Joanna dengan ceria.

Ellen menutup bukunya, dan menyapa kami berdua.

"Kau kenapa? Kau menangis?" tanya Ellen kepadaku.

"Bukan masalah apa-apa," jawabku untuk kesekian kalinya.

"Tenang, Ethan sudah membantunya tadi," kata Joanna dengan nada mengejek.

"Aku yakin ada sesuatu diantara kalian," kata Ellen mencurigai aku.

"No, girls. Kalian salah sangka."

Bel tanda masuk berbunyi, dan guru kami datang. Beruntunglah aku karena aku tidak suka dipojokkan.

***

Saat istirahat aku segera ke atap tanpa menunggu Ethan. Aku ke atap dan sudah ada beberapa anak yang mulai lebih dulu. Aku mengikuti mereka untuk menanam tanaman di dinding.

Aku berdiri di samping kiri pria berkacamata. Karena di samping pria itu masih ada tempat kosong, jadi aku akan menanam di sampingnya.

"Hai, siapa namamu?" tanya pria itu. Tangannya sudah kotor, jadi dia tidak mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Star Allen."

"Sophomore?" tanya pria itu lagi.

Aku menggelengkan kepala. "Junior."

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang