49 : Boss

710 69 74
                                    

Aku lelah!

Pekerjaan hari ini benar-benar gila! Aku bekerja non-stop sejak pukul 7 pagi hingga pukul 9 malam. Aku bahkan belum berganti pakaian dan langsung merebahkan diri di atas kasur. Kasurku yang nyaman!

Baru sebentar aku merebahkan diri, aku mendengar ponselku berdering, buru-buru aku mengambilnya dari dalam tasku yang berada di meja. Ternyata ibuku yang menelepon.

"Halo, mom."

"Halo, Star. Apakah liburan natal kau bisa pulang ke Wilmington?" tanya ibuku

"Entahlah, Mom. Sepertinya bisa. Bos-ku tidak memintaku masuk," jawabku.

"Okay, aku harap kau bisa pulang. Tahun lalu kau merayakan bersama ayahmu di New York."

"Yes, Mom. Aku usahakan untuk pulang."

Aku dan ibuku membicarakan banyak hal. Setelah berbincang dengan ibuku selama setengah jam, aku menutup teleponku. Perbincangan dengan ibuku tak jauh dari kapan aku akan mengenalkan pacarku pada ibuku. Masalahnya adalah aku tidak punya pacar!

Membicarakan pacar membuatku selalu teringat dengan Ethan. Sudah lima tahun kami berpisah, dan tidak pernah bertemu. Aku masih merindukannya. Setiap mengingatnya, selalu membuatku merasa bersalah karena menyerah terhadap hubungan kami.

Tahun pertama setelah kami putus, terasa sangat berat untukku. Aku merasa setiap sudut Wilmington mengingatkan aku padanya. Tapi setelah aku lulus sekolah dan pindah ke Rhode Island, mulai terasa mudah karena kesibukan kuliahku.

Selain aku, Joanna juga tinggal di New York. Dia bekerja sebagai konsultan keuangan di sebuah perusahaan di Manhattan. Joanna masih berhubungan dengan Ivan. Terkadang dia menceritakan kesibukan The King's Men kepadaku, saat bicara di telepon atau saat sekedar minum kopi bersamaku di cafe. Tetapi aku tidak berani menanyakan kabar Ethan saat aku mengobrol dengan Joanna.

Tanpa sengaja, mataku melihat setumpuk majalah Harper's Bazaar di atas meja. Impianku sebentar lagi berhasil. Aku telah menjadi asisten fotografer utama di majalah itu. Aku harus berhasil! Aku merelakan orang yang begitu berharga untuk impianku ini.

***

"Apa sudah cukup membeli ini saja?" tanya Maria. Maria Ramirez adalah teman yang berbagi satu apartemen denganku, dia bekerja sebagai editor di Harper's Bazaar.

Aku mengamati keranjang belanjaan kami yang sudah hampir penuh dengan kebutuhan bulanan kami.

Aku menganggukkan kepala. "Aku rasa sudah cukup. Kau sendiri bagaimana? Apa ada lagi yang ingin kau beli?"

Maria menggelengkan kepalanya. Rambutnya yang hitam pekat bergelombang dan dikuncir tinggi ikut bergoyang mengikuti gerakan kepalanya.

"Okay, ayo kita ke kasir," ajakku.

Baru beberapa langkah kami berjalan, terdengar musik lembut dari speaker supermarket. Beberapa gadis heboh mendengar lagu ini. Suara lembut Ethan menyusul melodi itu. Lagu The King's Men terdengar di setiap sudut supermarket.

Maria melirik ke arahku. "The King's Men," ucapnya pelan.

Kakiku membeku. Setiap mendengar suara Ethan, dadaku terasa sakit. Sekarang kami mungkin berada di kota yang sama, New York City. Tapi aku tidak pernah bertemu dengannya lagi sejak kami putus.

Your blue eyes
Your beautiful smile
Light up the night
Parallel to the Stars

Lighthouse tower
There is nothing
I can see there
Only you, my baby

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang