33 : Talent

504 71 25
                                    

Ah! Aku gugup. Aku sudah membuka lemariku dari tadi, tapi tidak menemukan pakaian yang menurutku cocok. Kemana Ethan akan mengajakku pergi?

Aku menutup mataku dan menarik nafas dalam-dalam. Tenanglah, Star! Ini bukan pertama kalinya kau pergi dengan Ethan, tidak perlu gugup. Untuk apa aku gugup? Ya, aku akan mengambil baju yang pertama aku lihat saat membuka mata.

Begitu membuka mata, aku melihat dress selutut warna merah muda. Aku mengambilnya dan menatapnya. Oh tidak! Tidakkah ini terlalu formal? Bagaimana jika dia hanya mengajakku ke sungai atau ke Bobby's? Aku akan sangat malu jika pakai ini.

Tidak, tidak! Aku meremas rambutku. Apa yang harus aku pakai?

"Star! Ethan sudah datang!" seru ibuku dari luar kamar.

"Yes, mom. Sebentar lagi aku siap!" jawabku.

Kenapa Ethan datang pagi sekali? Sial! Aku akan mengenakan jeans dan kaos warna putih saja, netral untuk segala medan.

Aku segera mengganti pakaian, memakai sedikit make-up dan memasukkan dompet dan ponselku ke dalam tas. Lalu aku keluar kamar.

Ethan duduk di ruang tamu, dan mengenakan kemeja warna abu-abu, kenapa aku merasa Ethan sekarang terlihat sangat tampan? Aku harus mengontrol detak jantung yang sudah berdegup tidak karuan. Aku harus tenang! Tenang! Tenang! Aku mengalihkan pandanganku dari Ethan, dan aku melihat di samping Ethan ada sebuah tas kamera.

"Hai, Star!" sapa Ethan dengan ramah.

"Hai, kita akan pergi kemana?" tanyaku.

"Hunting foto," ujar Ethan.

"Foto?"

"Ya, itu hobiku yang lain. Kau siap untuk pergi?"

Aku mengangguk. Aku masuk ke arah ruang keluarga, di mana ibuku berada.

"Mom, aku akan pergi sekarang," kataku.

Ibuku mematikan TV dan berjalan ke arah ruang tamu bersamaku.

"Mrs. Adams, aku akan mengajak Star pergi. Kami akan pulang sebelum malam," ujar Ethan.

"Ya, kalian berdua bersenang-senanglah," kata ibuku sambil tersenyum.

"Jangan lupa, mom. Hari ini kau harus pergi ke rumah Ellen," ujarku.

"Iya, Star. Jangan khawatirkan aku, aku ingat itu. Kalian bersenang-senang saja, jangan pikirkan aku," ucap ibuku.

Lalu ibuku mengusir aku dan Ethan keluar rumah. Ibuku tidak ingin berlama-lama, karena sedang menonton reality show kesukaannya di TV. Aku dan Ethan pun pergi keluar rumah, dan menuju motor Ethan yang terparkir di depan rumahku. Ethan naik motor dan memakai helmnya, lalu dia memakaikan helm lain di kepalaku, setelahnya aku naik ke atas motor Ethan. Kami pun melaju menembus angin pagi itu.

***

Setelah sekitar 15 menit perjalanan, Ethan menghentikan motornya di sebuah rumah tua yang sudah tidak berpenghuni. Bahkan rumput-rumput di sini sudah setinggi lututku.

"Ini rumah siapa?" tanyaku.

Ethan mengangkat bahu, "Aku juga tidak tahu."

"Kita boleh masuk ke sini?"

"Sepertinya boleh, lagi pula siapa yang akan melarang? Rumah tidak berpenghuni," jawabnya.

Aku mengikuti langkah Ethan masuk ke dalam rumah itu. Pintu rumah itu sudah rusak, sehingga tidak ada pintu yang menghalangi kami masuk. Namun bangunan rumah itu masih berdiri kokoh meskipun terlihat tidak terawat. Debu dan sarang laba-laba menghiasi rumah itu. Meskipun begitu, sinar matahari masih dapat masuk ke dalam rumah.

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang