21 : Liar

660 87 45
                                    

Aku terbangun karena jam alarm di atas nakas berbunyi. Sekarang hari Minggu, aku sengaja memasang alarm agar bangun pagi. Niatku ingin berolahraga. Tapi rasanya mataku berat sekali, dan aku ingin tidur kembali. Tadi malam aku tidur terlalu malam karena menonton series kesukaanku hingga tidak ingat waktu. Aku pun merebahkan diri lagi di atas kasur, dan menarik selimutku hingga menutup kepala. Lalu aku mendengar pintu kamarku di ketuk.

"Star?" Ibuku masuk ke dalam kamar.

"Yeah, mom." Aku membuka selimut warna biruku sampai ke pinggang.

"Kemarin kau ingin aku membangunkanmu untuk pergi jogging."

"Aku berubah pikiran. Aku malas, mom."

"Ayo cepat, kau bersikeras untuk berolahraga kemarin." Ibuku menarik tanganku, membuat aku terpaksa duduk di atas kasur.

"Aku ingin tidur lagi," kataku sambil merebahkan diri lagi.

"Tidak. Kau harus jogging. Coba hirup udara pagi hari, agar kau lebih segar. Pergilah jogging ke Cape Fear River. Hirup udara segar di sana," kata ibuku, dia menarik tanganku hingga aku terduduk kembali.

"Okay, fine." Aku pun beranjak dari kasur, membasuh wajah, dan menyikat gigi. Aku memakai kaus berwarna kuning, legging sport warna hitam, dan sepatu lariku.

Aku turun ke bawah, berpamitan pada ibuku, dan mengambil kunci mobil. Aku mengemudikan mobilku ke Cape Fear River. Setelah sampai di sana, aku berjalan masuk ke hutan sekitar sepuluh menit, dan mulai lari di jogging track.

Aku berlari santai. Aku dapat mendengar kicauan burung. Udara di sini sangat sejuk, karena masih banyak pepohonan. Aku tidak akan mendapatkan suasana seperti ini di New York. Tapi tetap saja aku merindukan New York, kota kelahiranku, tempatku tumbuh besar.

Setelah satu jam berlari, aku memutuskan istirahat lebih dulu, dan duduk di salah satu kursi di pinggir sungai. Aku mengatur nafas dan meluruskan kakiku. Aku menyapu pandangan untuk menikmati pemandangan sungai. Dari kejauhan aku melihat sosok seorang yang aku kenal. Aku menyipitkan mataku untuk memastikan. Ya benar, itu Noah! Orang yang paling tidak ingin aku temui saat ini.

Aku melihat Noah juga sedang jogging di kejauhan. Aku harus segera pergi dari sini. Aku pun beranjak dari kursi, tapi begitu berdiri, Noah melihatku. Mata kami saling berpandangan. Sial!

Aku berjalan cepat menuju mobilku. Untuk mencapai mobilku, aku harus berjalan di pepohonan sekitar sepuluh menit. Tepat di saat aku sedang berjalan di antara pepohonan, Noah menangkapku. Dia menangkap tanganku, dan membalikkan tubuhku untuk menghadapnya.

"Star, aku ingin bicara."

"Lepaskan tanganku Noah!" Ini seperti memutar ulang kejadian saat aku di rumah Ellen.

"Tidak. Sampai kau setuju untuk kita bicara."

Sial! Genggaman tangan Noah di tanganku sangat kuat, aku tidak punya pilihan lain.

"Okay, kita bicara." Aku menyetujuinya. Lagi pula setelah aku pikir, memang aku harus meluruskan beberapa hal padanya.

Lalu Noah menggenggam tanganku dan mengajakku kembali ke arah sungai, kami duduk di salah satu kursi di pinggir sungai.

"Pertama-tama, aku minta maaf," kata Noah.

"Untuk?"

"Menciummu di rumah Ellen waktu itu."

"Hanya itu?" tanyaku pada Noah.

"Yeah, hanya itu."

"Bagaimana dengan musim panas lalu? Apa kau tidak merasa bersalah karena menipuku?" Aku sudah muak dengan sikap Noah yang berpura-pura tidak bersalah.

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang