46 : Graduation

661 81 120
                                    

"Langit yang mendung tak menghalangi kita untuk hadir di sini. Seperti masa sekolah kita, kadang kita merasakan cuaca cerah, terkadang kita terpuruk, dan merasa cuaca mendung. Di sini bukan perpisahan. Tapi di sini, titik awal kehidupan kita yang sesungguhnya. Kita akan semakin dewasa dengan konflik hidup yang lebih berat."

"Beberapa dari kita akan melangkah pergi dari Wilmington, mengejar impian masing-masing. Kuliah atau kerja, sama saja, asalkan yang kalian kejar adalah mimpi kalian, itu tidak masalah. Asalkan kalian menyukainya, itu tidak masalah. Aku berharap kita akan dipertemukan kembali di sini suatu saat nanti, dalam keadaan telah memeluk impian masing-masing. Sekian dari saya, selamat mengejar mimpi." Ethan melempar topi wisudanya ke langit, diikuti siswa lain.

Aku hadir di wisuda Ethan pagi ini. Ethan memberi pidato karena dia adalah mantan presiden siswa. Langit di bulan Juni hari ini, memang mendung, tapi sekolah tetap melaksanakan acara wisuda ini di lapangan.

Ethan tampak menawan dengan toga wisuda berwarna ungu. Dia berjalan turun dari podium, dan segera berlari memeluk ayahnya, kemudian mengecup pipi ibunya. Aku berjalan menghampiri mereka dengan sebuket bunga daisy. Ethan melihatku datang dan berjalan untuk memelukku.

"Selamat telah lulus sekolah," kataku. Aroma sandalwood dan red apple yang muncul dari tubuh Ethan, akan sangat aku rindukan.

Tak lama kemudian, Ethan melepas pelukannya pada tubuhku.

"Ini untukmu. Aku dan Daisy mengucapkan selamat untukmu," ujarku tulus sambil memberi buket bunga daisy pada Ethan.

 Aku dan Daisy mengucapkan selamat untukmu," ujarku tulus sambil memberi buket bunga daisy pada Ethan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thank you, Star," ucap Ethan lalu dia mengecup puncak kepalaku.

"Jadi, kau besok akan benar-benar pindah ke New York?" tanya Abby, ibu Ethan.

Ethan menganggukkan kepalanya. "Yes, mom. Kau sudah bertanya berkali-kali hari ini."

Mata Abby berkaca-kaca, sepertinya berat baginya melepas anak bungsunya itu. Ethan memeluk Abby untuk menghiburnya.

"Mommy, aku akan selalu menghubungimu, setiap hari," ucap Ethan.

Abby menyeka air matanya yang sedikit turun membasahi pipinya. "Ternyata benar kata orang. Membesarkan anak laki-laki itu tidak berguna, pada akhirnya mereka semua akan pergi meninggalkan aku di sini."

"No, mom. Kendrick bisa kuliah di tempat bagus, dan aku bisa mengejar mimpi jadi musisi karena kau membesarkan kami dengan baik," kata Ethan.

"Jadi, ini adikku yang sudah lulus sekolah?" Terdengar suara pria dari balik tubuh Ethan.

Ethan melepas pelukan ke ibunya, dan secara otomatis menoleh ke sumber suara. Aku juga mengintip di balik tubuh Ethan. Di belakang Ethan, berdiri pria berbadan besar, lebih besar dari Ethan, dengan rambut kecoklatan dan bola mata berwarna biru seperti milik Ethan.

STAR IN WILMINGTON ( END ✔️ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang