Suara Hati

1.3K 145 18
                                    

Vote dan komen:)
Selamat membaca 🤗












********
Lesti pov.

Pusing!!

Itu adalah keadaan kepalaku sekarang. Kepalaku seperti akan pecah saja ketika menghadapi tumpukan kertas kertas sialan ini. Jujur saja bukan sepenuhnya rasa pusing dikepalaku karna kertas sialan ini tapi aku juga memikirkan Richat.

Perasaanku sedikit cemas karna sudah menitipkan Richat kepada Billar. Aku tau betul Billar tak begitu bisa mengasuh Richat karna sehari hari dia hanya berkerja dikantor bukannya mengasuh anak.

Sesekali aku melirik Billar dan Richat berada. Tapi kali ini berbeda, kenapa Richat berlari keluar dengan wajah sedihnya. Kenapa ekspresi wajah Billar sesedih itu.

Aku menyudahi kegiatanku, meletakkan kertas yang aku pegang dan beralih melepas kaca mata yang dari tadi bertengger manis diatas hidungku. Aku sudah bersiap beranjak dari kursi tapi lebih dulu Billar pergi keluar.

"Ada apa ini??" gumamku.

"Sebaiknya aku susul mereka" ucapku yang mulai melangkah untuk mencari keberadaan mereka.

Dan disini lah aku, taman halaman depan rumah. Langkahku terhenti ketika Billar mulai duduk disamping Richat dan mengusap rambutnya.

"Richat sayang dengerin daddy!!" ucap Billar terdengar sangat lembut.

Richat hanya diam sama sekali tak mau menanggapi ucapan Billar.

"Jangan pernah bilang mommy tak sayang dengan Richat. Mommy sangat sayang dengan Richat hanya saja mommy sedang sibuk sekarang" ucap Billar mengusap rambut Richat.

Tubuhku semakin mematung mendengar penuturan Billar. Kakiku enggan untuk melangkah mendekat. Pikiranku sangat kalut, hatiku sangat sakit ketika mengetahui anak kandungku mengatakan kalau aku tak menyayanginya.

"Mommy sangat sibuk dan tak ada waktu buat Ichat. Apa salah kalau Richat berpikir kalau mommy sudah tak sayang dengan Richat dad??" tanya Richat memandang Billar dengan wajah yang sulit diekspresikan.

Bagaikan tersambar petir disiang bolong tubuhku bergetar hebat. Hatiku sangat sakit mendengar ucapan Richat. Bukan sakit karna tutur bahasanya melainkan hatiku sakit ketika menyadari kesalahanku.

Aku bukanlah mommy yang baik buatnya. Aku seperti mommy yang sangat buruk untuknya. Aku tak habis pikir apa yang sebenarnya merasuki diriku sampai lupa dengan anakku sendiri dan lebih mementingkan pekerjaanku.

Lesti pov end.

Lesti berjalan mendekati Richat dan berjongkok dihadapannya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. Tak bisa dipungkiri Billar sangat kaget dengan kedatangan Lesti yang tiba tiba. Apalagi Lesti sudah menangis ketika berjongkok dihadapan Richat.

"Maafin mommy sayang" lirih Lesti memeluk Richat dengan erat.

Richat menangis didalam pelukan Lesti. Pelukan dari mommynya yang sangat dia rindukan dari kemarin.

"Aku merindukan mommy" lirih Richat.

"Maafin mommy!! Mommy adalah mommy yang buruk buat Richat" ucap Lesti dengan tangis yang sudah pecah.

"Mommy" lirih Richat menjauhkan dirinya dari Lesti.

"Mommy adalah mommy yang terbaik buat Ichat. Mommy jangan bicara begitu" ucap Richat dengan menghapus air mata Lesti dengan tangan kecilnya.

"Mommy jangan menangis. Ichat tak suka lihat mommy menangis!!" lanjutnya menangkup kedua pipi Lesti dengan kedua tangan kecil Richat.

Lesti tersenyum dan menganggukkan kepalanya karna sudah tak sanggup lagi untuk berkata kata lagi. Air matanya masih mengalir, kali ini bukan air mata penyesalan melainkan air mata terharunya karna sudah memiliki anak secerdas dan sebaik hati Richat.

The Marriage Bond || LesLarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang