Lover's Dilemma - 12 - Blue Shoe 1/2

3.9K 720 705
                                    

"Jadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi...gue balik dulu ya, Dam." Handaru yang mengantarnya sampai ke depan pintu menaruh kedua tangannya ke kantong belakang celana. "Gak mampir dulu?" ia bertanya tanpa menoleh, sibuk mencari kuncinya dalam tas. Dengan decakan ia berucap pada dirinya sendiri, "Gue harus ganti kunci kayak punya si Anu nih."

"Gak deh, kemaleman nanti. Lo juga perlu istirahat. Gue nungguin sampai lo masuk aja."

"Okay." tangan Damayanti merogoh ke dalam tas hingga ujung jarinya menemukan hal yang dicari. "Hati-hati, ya." ia membuka pintu dan melambai pada Handaru lalu masuk ke dalam rumahnya.

Yang dilakukannya hanya berdiri namun kakinya terasa sangat lelah. Ia akan berendam air hangat lalu tidur setelah ini. Dengan langkah ringan, Damayanti memasuki kamar mandi dan menyalakan air di bathtub, memasukan bath bom favoritnya, menyetel playlist yang sering di dengarnya akhir-akhir ini dengan pengeras suara, meredupkan lampu dan juga menyalakan lima lilin aroma terapi. Ritualnya jika ingin relaksasi.

Kamar mandinya termasuk besar karena ia sangat suka berendam. Lantai dan dinding menggunakan marble putih dengan corak abu-abu. Semua benda di sini didominasi putih, mulai dari bathtub, toilet yang berada di samping kabinet kamar mandi yang juga berwarna putih juga tempat sampah. Di atas kabinet terdapat kaca yang melebar hingga ke bagian atas toilet. Yang berwarna perak di tempat ini hanyalah keran air, kerangka tempat shower yang dibuat kotak di ujung ruangan dan transparan.

Tubuhnya sudah diselimuti air dengan warna warni dari bath bomb intergalactic keluaran salah satu brand yang mengusung bahan-bahan natural. Warna biru dan ungu dengan sedikit warna kuning pucat yang menyebar di sekitarnya memanjakan matanya yang sangat minim melihat warna lain sehari-hari. Rasanya seperti melihat langit dari gambar-gambar internet. Ia mendengkus, tidak terlalu mirip memang, tapi ini adalah langit terdekat yang dapat digenggamnya.

Jika ia sedang tidak hamil, maka sekarang ia akan ditemani oleh segelas wine. Sayangnya, ia menjatahkan diri untuk minum-minuman meskipun tidak beralkohol. Toh, setelah melahirkan pun ia masih harus puasa melakukannya selama menyusui.

Musik berhenti mengalun dari ponselnya, digantikan oleh panggilan masuk yang membuatnya menggerutu. Tangannya meraih ponsel dan mengesah saat melihat nama yang muncul di sana.

Bang Wira

Malas mengangkat, tapi sudah mendekati hati kerja dan tidak mungkin ia mengabaikan bosnya itu. Setengah hati ia mengangkat panggilannya. "Halo."

"Hei, sudah pulang?" nada yang digunakan pria itu seperti saat mereka berada di kantor. Hari sabtu seperti ini mungkin ia sedang bersama orang-orang di cabang. Karena ia mendengar suara-suara orang di belakang pria itu yang bersahut-sahutan.

"Sudah, Pak. Ada apa ya?"

Lambat laun suara itu menghilang dan kini Damayanti dapat mendengar dengan jelas suara Wira. Pria itu berdecak, namun tetap menjelaskan apa saja yang dibutuhkannya untuk rapat hari senin nanti. "Sebelum senin bisa?" tanyanya di akhir, terdengar ragu.

"Bisa, Pak. Saya akan kirimkan datanya besok agar dapat dibaca terlebih dahulu." selama panggilan itu Damayanti menyalakan pengeras suara, merekam panggilan lalu mencatat di ponselnya. Ia tidak ingin ada satu pun data yang kurang saat mengirimkan email nanti.

"Okay." balas Wira lalu Damayanti tidak mendengar suara lagi. Ia sampai melihat layarnya dan memastikan sambungan tidak terputus. "Ada lagi, Pak?" tanyanya.

Hening lalu terdengar suara, "Masih mual-mual?" tidak terdengar lagi nada formal dari ucapan Wira, yang sekarang berbicara adalah abang dari Rhea.

"Gak, kok. Bisa makan."

Wira mendengkus, "Kamu dari dulu suka bohong. Nadi bilang kamu baru makan masakannya sepulang dari kondangan."

Damayanti menyandarkan tubuhnya di bathtub lagi, riak-riak air yang terdengar membuatnya tenang. "Kalau tahu ngapain nanya." balasnya dengan kesal. Ia menggerakan tangan, sengaja membuat suara riak air lagi untuk kupingnya.

Mungkin keadaan yang terlalu tenang atau memang pendengaran Wira yang terlalu tajam hingga pria itu dapat mendengar suara riak air. "Jangan berendam kelamaan, Dam. Nanti masuk angin. Flu kalau lagi hamil kata Rhea gak enak banget. Gak bisa minum obat." ujarnya.

Dan kembali lagi si bawel.

8/4/21

Lover's Dilemma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang