Kantin karyawan berada di dekat parkiran mobil. Ditujukan memang utuk karyawan-karyawan yang mencari makanan murah dibandingkan di dalam mall, atau untuk tengah bulan hingga akhir bulan karena uang sudah dihabiskan untuk berfoya-foya makan di restoran di dalam mall sestiap hari. Awal kerja dulu, Damayanti mengalaminya. Uangnya habis untuk makan terus di restoran dan berakhir tengah bulan di sini. Jika sedang parah, maka belum tengah bulan ia akan berkungjung ke sini untuk mengisi perutnya. Terutama semenjak aliran dana dari orang tuanya diputus dengan alasan ia sudah cukup dewasa untuk menanggung hidupnya sendiri. Inginnya ia keluar rumah sekalian, tapi apa daya, orang tuanya beranggapan keluar rumah hanya boleh saat sudah menikah.
Matanya menyapu seluruh bagian ruangan berbentuk kotak ini. Bagian pinggir di penuhi penjual makanan dengan gerobak kecil mereka, membentuk letter L. Sedangkan bagian tengahnya dipenuhi dengan meja panjang untuk delapan orang dengan kursi memanjang atau meja untuk empat orang. Bagian ujung dekat dengan pintu, berjejer jendela besar dan terakhir ada office boy dan office girl yang akan membereskan meja setelah orang makan agar dapat ditempati oleh yang lain. Jika siang hari, kantin ini cenderung panas karena dipenuhi oleh orang-orang dan juga tidak ada AC. Hanya exhaust agar ada sirkulasi udara serta beberapa kipas angin berukuran besar.
Sekarang Damayanti sudah jarang berkunjung ke sini. Waktunya lebih banyak dihabiskan di mejanya untuk bekerja, karena ia harus mengurus anak buahnya dan juga ratusan hingga ribuan sales yang dipekerjakan melalui perusahaan outsource untuk di seluruh Indonesia. Kerap kali ia hanya menitipkan makanan pada anggota timnya, atau memesan melalui aplikasi ojek. Ia tidak mengeluh, toh ini pekerjaan yang diinginkannya dan karier adalah hal yang ditujunya semenjak dulu.
"Lama ya lo gak ke sini? Kerja mulu sih!" Handaru kembali setelah memesankan mereka berdua makanan. Menu biasanya, pangsit kuah, satu setengah porsi dan tanpa MSG. Untuk minumnya hanya air mineral tidak dingin dengan botol yang dibawanya sendiri. Lebih ramah lingkungan, menurutnya.
"Lo kalau kebagian kerja di bagian gue juga gini kali, Han." Damayanti minum dari botolnya.
"Gue mana mau kerjaan kayak lo. Datang paling pagi sudah duduk di depan komputer, pulang paling malam dibandingkan yang lain. Gue bahkan curiga lo saingan sama OB buat buka dan nutup pintu kantor." Handaru berucap dengan serius.
"Kayak kerjaan lo gak gitu aja. Kalau dari Big Boss tengah malam kirimin tautan sesuatu juga langsung lo kerjain press release-nya." balasnnya dengan cibiran. Kerjaan Handaru sangat berkaitan erat dengan para direksi dan komisaris sehingga tidak mengenal waktu. Memangnya mau bilang apa ke maha bos yang meminta dikerjakan sesuatu tengah malam? "Maaf, Pak atau Bu, saya lagi ngantuk. Besok pagi saja ya." memangnya nyawanya ada sepuluh?
Pria itu tertawa hingga matanya menyipit, parasnya yang oriental itu terlihat lucu ketika tertawa. "Itu kan bisa gue kerjain di rumah. Lo kan ngedon terus di kantor. Gue sudah bisa pulang maksimal jam tujuh, lho. Lo kan jam sembilan malam paling cepat, kecuali kalau ada urgensi dari teman-teman lo itu."
Handaru mengetahui mengenai Rhea, Farras dan Nadira. Bahkan pria itu mengenal Farras saat wania itu berkunjung untuk menggeretnya makan siang bersama. Mereka bertiga selalu menjadi pengecualiannya untuk pulang cepat. Handaru yang sudah berteman semenjak ... sebentar dihitung dulu--enam belas tahun, sudah sangat paham mengenai hal ini.
Pesanan mereka datang dan tidak ada pembicaraan di antara kunyahan. Damayanti lebih senang makan dalam diam dan menikmati rasanya dibandingkan berbicara. Setelah suapan akhir, dengan Handaru yang menungguinya selesai makan, pria itu bertanya.
"Dam, kapan ada waktu kosong? Gue mau ajak lo makan atau nonton atau ngapain aja pas orang pendekatan."
21/1/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...