Lover's Dilemma - 11 - Mudslide 1/2

4K 663 515
                                    

Wira berhenti mengubunginya setelah ia mematikan sambungan Zoom semalam. Hanya tiga kali panggilan tidak terangkat dari pria itu, lalu ia mendapatkan ketenangan.

Mengabaikan orang adalah hal favorit Damayanti. Itu berarti dia tidak perlu berhadapan atau mendengar ocehannya. Hidupnya akan terasa lebih mudah dengan berkurangnya satu suara bising.

Apa lagi di tengah keramaian seperti sekarang. Wajahnya sudah terlalu pegal untuk memasang senyum lebar setiap berpapasan dengan orang satu kantornya di divisi yang sama.

Pernikahan anak bosnya diadakan beberapa hari. Kali ini jatah untuk teman-teman kedua orangtua. Sepanjang mata memandang, tamu tidak pernah berhenti untuk datang. Kapsitas ballroom ini memang sangat besar, tapi diisi oleh banyak mata hingga membuatnya napasnya pendek-pendek.

"Ini tamu kedua orangtua aja?" tanyanya takjub pada pria yang mengenakan batik di sebelahnya.

"Iya, tamu kedua mempelai sudah di Bali minggu lalu, katanya." tubuhnya menyender di dinding berwarna putih di pojok ruangan. Damayanti tadi menariknya keluar dari kerumunan karena pusing melihat terlalu banyak orang. Bahkan mereka belum sempat bersalaman dengan pengantin karena antrian yang mengular panjang.

"Banyaknya uang yang seseorang rela keluarkan untuk pernikahan gak pernah gak bikin dagu gue nganga lebar." Damayanti menyesap minumannya. Air mineral. Handaru mengambil gelas champagne yang secara tidak sadar diambilnya, lalu menggantinya dengan segelas air mineral.

"Pernikahan sekali seumur hidup, Dam. Dengan sentimen itu orang-orang rela keluar uang banyak. Dan kebanyakan yang mau show off itu orangtuanya." Handaru memperhatikan dirinya yang mengganti tumpuuan kaki ke sebelah kanan. "Pegal? Mau duduk aja?"

"Nanti deh, bentar lagi." jawabnya. "Yakin pernikahan sekali seumur hidup? Banyak kan yang menikah mahal banget, ujung-ujungnya cerai. Atau setelah nikah, hutangnya justru menumpuk. Karena gengsi kalau pernikahan gak wah."

"Sinis banget sama pernikahan, Dam."

Damayanti memutar gelas air mineralnya, "Itu namanya realistis. Angka perceraian juga naik setiap tahun. Selain itu, menikah kemungkinan besar akan menghancurkan bayangan seseorang di kepalamu. Karena, pacaran dan pernikahan adalah dua hal yang berbeda, bukan?" ia kemudian menambahkan dengan cepat," Well, kecuali kalau sudah tinggal bareng sebelum menikah."

"Acara pernikahan dan menjalani pernikahan itu jauh banget bedanya. Rasanya gak adil kalau menilai bagaimana orang merayakan pernikahan biarpun mereka sudah atau dalam proses bercerai. Mereka pernah berada di posisi mengingini pernikahan ini jadi yang pertama dan terakhir. Siapa juga sih yang ingin bercerai? "

Damayanti membenarkan ucapan Handaru di dalam kepalanya. Matanya tertumbuk pada pasangan pengantin yang berdiri dengan senyum lebar dan tengah bersalaman dengan orang-orang yang hadir. "Mereka gak perlu bercerai kalau gak menikah." bisiknya pelan.

"Setiap orang punya pendapatnya sendiri, Dam soal hidup. Sama kayak lo yang gak mau menikah dan gak suka dengan orang yang menyodorkan mengenai indahnya pernikahan ke muka lo. Mereka juga gak suka dengan ide mengenai perceraian dan menjadi single seumur hidup seperti lo. Jangan mengutuk pernikahan orang, deh." Handaru tertawa kemudian menenggak habis minumannya. "Salam pengantin terus balik, yuk. Lo belum makan kan? Cari makan dulu ya?" ajak pria itu. Ia baru sadar kalau makanan terakhir yang masuk ke mulutnya hanyalah oatmeal di sarapan tadi. Makanan lain hanya dapat masuk ke mulut tanpa bisa melewati tenggorokannya karena keburu teronggok di toilet.

18/3/21

Target next update, chapter 11 1/2 dan 2/2 @500 komen yes

Lover's Dilemma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang