Lover's Dilemma - 9 - Gimlet 2/2

3.9K 781 405
                                    

Wira memeriksa jam di pergelangan tangannya kemudian berdiri dan membuat kopi di mesin miliknya. “Kamu gak boleh minum kopi banyak-banyak, tahu kan?” bau kopi tercium saat cairan berwarna hitam keluar dari mesin itu. Aromanya membuat Damayanti merasa kesal tiba-tiba karena sudah lama tidak meminum kopi lebih dari satu bulan yang lalu. Ia menggeram dan Prawira tertawa. “Sabar-sabar ya.” kata pria itu dengan mengejek.

Mangkok sereal dengan pengangan yang biasa ia gunakan sebagai cangkir kopinya kini digunakan oleh Wira, yang dilakukannya dengan sengaja karena tahu bahwa itu akan semakin membuatnya kesal. Aroma kopi hitam semakin tercium saat pria itu berjalan mendekat, matanya yang menatap nanar pada cangkir kopinya dihadiahi kekehan oleh Wira.

“Satu atau dua teguk bisa kan?” Wira menggeser cangkir kopinya yang mengepul. Damayanti meneguk ludah secara tidak sadar lalu mengambil cangkir itu dengan cepat. Menghidu aroma yang sudah lama tidak diciumnya secara langsung sebelum mulai meneguknya. Prawira kali ini tertawa hingga Damayanti membuka matanya. Tunggu, kapan ia menutup matanya?

“Kalau kamu gak mual cium aromanya, mungkin kamu bisa bawa bubuk kopi di tempat kecil dan cium-cium kalau di lift atau ketemu orang atau ke tempat baru yang kamu gak suka aromanya.”

“Oh, iya ya. Kenapa aku gak kepikiran ya sebelumnya?” ujarnya seraya menyereput kopi kembali. Wira setengah berdiri dan mengambil dengan sedikit paksaan cangkir yang dipegangnya, “And...that’s it. Dua teguk.” Lalu pria itu meniup-niup kopi di cangkirnya sebelum diminum.

“Sana pergi, bikin kesel aja.” Damayanti menyenderkan bahunya di sandaran kursi dan melipat tangannya di dada.

“Ini masih panas.”

“Aku gerah, mau mandi terus tidur.”

“Siapa yang ngehalangin kamu buat mandi? Sana.” Wira masih asyik meniup-niup kopinya, mengabaikan usaha Damayanti yan gmengusir pria itu secara tidak langsung. Ia mengangkat tangan sebagai tanda menyerah dan pergi menuju kamarnya.

Tubuhnya sangat lengket meskipun berada di ruangan berpendingin seharian. Ia keluar setelah yakin tubuhnya sudah bersih dan mulai memakai salah satu minyak yang baru-baru ini dipakainya untuk menghindari stretchmark. Tidak tahu berhasil atau tidak, tapi tidak ada salahnya mencoba kan? Setelah itu ia memakai body butter dengan aroma kopi sebagai ritual malamnya. Ia sudah siap untuk tidur lalu memi lingerie kesayangannya jika saja tidak ada Prawira di luar sana. Damayanti mengenakan kaos yang terlihat besar di tubuhnya lalu celana pendek sebelum keluar kamar, mendapati pria itu kini sudah berpindah di sofanya dengan TV yang menyala dan kedua tangan memegang cangkir kopi.

“Belum habis juga?”

“Sedikit lagi.” Jawab pria itu tanpa melihatnya, perhatiannya terpusat pada saluran berita di layar kaca.

“Habisin cepet, keburu Aksa tidur. Besok masih sekolah, dia gak bisa tidur kemalaman.” Katanya. Ia tadi sempat mengirim pesan pada Rhea untuk menanyakan Aksa yang baru saja mendapatkan balasan. “No, no. Better yet, jangan muncul di rumahnya Rhea sekarang. Pulang aja sana, Aksanya sudah tidur. Ini keputusan mutlaknya Rhea.”

“Baru jam sembilan kurang.” protes Wira.

Out.” Damayanti mengambil cangkir di tangan Wira dan menarik pria itu untuk berdiri kemudian mendorong tubuhnya menuju pintu keluar di antara protes yang terus menerus dikeluarkan oleh pria itu.

“Dasar kamu sayap kanan.”

“Ya ya ya, aku penganut fasisme, sosialis dan lain sebagainya.” Damayanti masih mendorong tubuh Prawira hingga tepat di depan pintu dan pria itu dengan terpaksa memakai sepatu dengan tampang kesal. “Kunci pintu, jendela kamu tadi sudah aku cek. Bawa air minum, Rhea dulu gampang haus tengah malam.”

Damayanti menepuk wajahnya dengan telapak tangan, “Iya, Bang.” sebelum ia sempat menutup pintunya setelah pria itu keluar, Wira kembali memanggilnya, “Apa lagi sih?!” tanyanya dengan kesal.

“Hubungi aku kalau ada apa-apa.”

“You are a pain in the ass! Aku bukan Rhea atau Farras, aku bisa mengurus diriku sendiri!” katanya geram, ia sudah sangat kesal dan butuh tidur.

First of all, I’m not really into ass. Kedua—”

“Bang!” desisnya dengan mata melotot. Wira tertawa melihatnya yang panik, “Ok, ok. Aku balik dulu. Sampai jumpa besok.”

Targetnya komen 300 di Gimlet 1/2 dan 2/2 yes

Maaciw udah baca serta kaaih komen n bintang!

25/2/21

Lover's Dilemma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang