Wira mengabaikannya, “Inti dari permainan ini buat mengenal orang lain, Dam. Apa yang menarik dari orang selain dirty little secret mereka? Sekarang, minum atau ajukan pertanyaan.” pria itu mengetuk botol whiskey tepat di angka 18 yang yang berada di meja mereka. “Memangnya kurang kenal apa selama dua puluh tahun lebih?” Gerutunya. Damayanti tidak perlu waktu lama untuk mengambil gelas dan meneguknya. Mantan-calon-suaminya punya pacar, itu berarti ia masuk sebagai selingkuhan kan?
Pria yang duduk di sampingnya itu hanya menganggukkan kepala, kini gilirannya. “Never have I ever slept with someone on first date.” baru ia menyelesaikan kalimatnya, Wira sudah mengangkat gelas dan meminum isinya.
“Never have I ever slept with coworker.” Wira tidak perlu waktu lama untuk melanjutkan permainan mereka. Damayanti minum kembali, botol mereka sudah hampir habis karena permainan ini. Wira tampaknya terkejut dengannya, terlihat dari reaksi pria itu yang menatapnya tidak percaya. “Apa? Aku malah lebih kaget Abang gak pernah tidur sama salah satu groupies.” ucapnya.
“Prinsipku urusan kantor gak baik dicampur dengan kesenangan pribadi. Gak akan berakhir baik.”
“Okay. Never have I ever skinny dipping.” lanjut Damayanti dan lagi-lagi Wira menenggak cairan berwarna cokelat itu. “Kamu kalau skinny dipping sama laptop kali ya, Dam. Never have I ever sent naughty photo.” ucap Wira yang membuatnya mau tidak mau minum lagi.
Sepanjang malam mereka habiskan untuk memainkan permainan itu. Permainan laknat ini membuatnya mengetahui hal-hal mengenai Wira yang tidak pernah ia tahu. Pria itu seorang petualang. Bayangan bagaimana pria itu selama ini di benaknya mulai terkikis. Bukannya ia menganggap Wira adalah pria baik. Ia tahu pria itu dari Rhea, tetapi ada beberapa hal yang baru diketahuinya malam ini. Mengenai bagaimana ia yang merasa susah awalnya mendapatkan tanggung jawab untuk menjaga ibu dan juga Rhea setelah ayahnya meningga, awalnya. Mengenai patah hati yang paling sulit dilaluinya, yang omong-omong bukan dengan Nadira. Padahal selama ini ia mengira pria itu cinta mati pada sahabatnya. Mengenai ia yang mengalihkan perhatian dari patah hatinya pada pekerjaan, tetapi justru keterusan. She can relate to him on spiritual level in that part. Damayanti kenal pria itu selama lebih dari dua puluh tahun, namun kenapa sepertinya sekarang ia baru benar-benar mengenal Wira?
Baginya, permainan ini merupakan permainan strategi. Menyusun serangkaian pertanyaan yang ia tahu tidak pernah dilakukannya, namun pasti dilakukan oleh pria itu. Alur pertanyaannya seketika berubah saat Wira bertanya, “Never have I ever in love with my best friend’s ex or exes.” membuatnya melirik pada pria itu dengan aneh. “Ew, mantannya mereka gak ada di lis pria yang bisa didekati, Bang. Minum tuh whiskey.” tukasnya cepat.
Wira menatapnya lama, “Serius kamu? Temenan selama itu sama mereka apa lagi Farras yang mantannya bejibun, dan gak ada satu pun?”
“Nope."
"Iya, sih. Dulu kamu pernah bilang juga." pria itu berucap dengan jari telunjuk yang memutar di bibir gelas.
"Never have I ever … tidur sama bini orang.” Damayanti mengabaikan pria itu dan melanjutkan permainan mereka. Seakan tidak sabaran untuk bertanya lagi, Wira sudah menenggak minumannya. Ia tidak berhenti mengerjapkan matanya. Seharusnya permainan ini tidak untuk menjadi judgmental, tetapi apa yang diakui pria itu membuatnya terusik.
“Never have I ever had a crush on coworker.”
Damayanti berpikir lalu menggelengkan kepalanya, “Minum, cepet.” ia tertawa dengan riang. Isi botol tinggal sedikit lagi dan jika dihitung-hitung, Wira lebih banyak minum sehingga bisa dipastikan ia yang menang. Pria itu menggerutu namun menenggak minumannya.
“Never have I ever given a lap dance.” Damayanti sudah sangat yakin kalau pria itu akan langsung minum, tapi Wira justru memberikan cengiran serta gelengan kepala. “Minum tuh gelas.” Wira menunjuk gelas di depan Damayanti yang kini sudah cemberut. Terpaksa ia harus minum lagi padahal kepalanya sudah terasa pening.
Wira membalikkan botol yang sudah kosong itu, “Habis. Pulang, yuk.” ajak Wira. Damayanti menggelengkan kepala. Masih malas untuk pulang dan juga jika orangtuanya tahu ia pulang dengan keadaan mabuk maka ia harus mendengar ceramah panjang kali lebar mengenai kesehatan dan bagaimana ia sudah berumur jadi harus menjaga tubuhnya baik-baik. Apalagi statusnya belum menikah. Mengingatnya saja membuat Damayanti memesan satu botol lainnya.
“Kamu belum berhenti minum, Dam? Gak kemalaman? Orangtua kamu lagi di luar kota?” Wira mencecarnya dengan berbagai pertanyaan lainnya yang tidak didengar. Jawabannya hanyalah gelengan kepala. “Kalau Abang mau pulang, gih sana. Aku masih mau di sini.” botol minumannya datang lagi dan dengan lincah Damayanti menuangkan minuman itu ke gelasnya dan juga gelas Wira yang masih tidak beranjak dari tempat duduknya. Mengisyaratkan kalau pria itu masih akan menemaninya.
Dan satu botol lagi mereka habiskan bersama dengan berbagai obrolan yang tidak ia tahu apa yang diucapkannya sebagai jawaban.
5/6/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...