Mereka berjalan bersisian, masing-masing sibuk dengan kemalut mereka sendiri hingga tiba di ruang keluarga, di mana para orangtua berkumpul. Keberanian dan niatan Damayanti untuk menjatuhkan bom mendadak luntur kala melihat wajah kedua orangtuanya yang tersenyum. Keingingan untuk membuat mereka bangga dan kembali mendapat pengakuan sempat muncul sebelum ia tepis jauh-jauh. Membulatkan tekatnya untuk menjatuhkan bom sekarang ketimbang hanya bertiga dan berakhir dengan orangtuanya yang 'shut her out'.
"Eh, kalian sudah kembali." basa-basi ibunya benar-benar basi. "Duduk sini, Damayanti." ibunya menepuk sofa di sebelahnya. Damayanti menurut untuk yang terakhir kali. Senyumnya masih terpasang. Menurutnya, orangtua William tahu mengenai orientasi seksualnya, hanya saja mereka menutup mata. Tidak mau mengakuinya. Jika tidak, tidak mungkin mereka mengenalkannya pada wanita berumur sepertinya. Pria itu pasti laris manis di jagad perjodohan. Tapi, dengan mengenalkan pada kerabat yang memiliki nama di dunia yang dicintai anaknya, mereka tahu William tidak dapat berbuat yang aneh-aneh. Sangat manipulatif.
Mungkin manipulatif memang menjadi sifat dasar setiap manusia jika sudah menjadi orangtua. Atau ada kelas tersendiri? Mungkin judulnya, how to manipulate your child 101. Damayanti mengesah, tidak semua orangtua memang. Terlalu jahat jika ia menyamaratakan seperti itu.
"Jadi..." Sisilia, ibu dari William, menggantung ucapannya, mungkin berharap salah satu dari mereka akan mengatakan kalau ingin mengenal satu sama lain. Matanya melirik ke arah William yang tampak resah di tempat duduknya. Tidak mungkin mengharapkan pria itu untuk menjelaskan keadaaan me-
"Kami setuju untuk saling mengenal satu sama lain." ucapan William yang di luar jalur membuatnya menoleh dengan sangat cepat. Pria gila itu, ia akan membunuhnya nanti. Ia melotot saat mata mereka bertemu dan diganjar dengan ringisan oleh William.
Damayanti tidak dapat mendengar seluruh riuh dari percakapan itu lagi. Ia bahkan tidak sempat menolak dengan tegas karena terlalu kaget dan orangtuanya tidak memberikan ruang untuk itu. Di kepalanya bermain beribu skenario pembunuhan yang akan dilakukannya pada William sebelum malam ini berakhir. Dengan mengikutinya dan menabrak pria itu setelah keluar dari mobil, mungkin?"Dam, saya antarkan pulang?" Pinta William saat dirinya membuka pintu mobil, dari ekor matanya ia dapat melihat kedua orangtua mereka yang memerhatikan interaksinya sehingga ia menelan bulat-bulat penolakan yang sudah berada di ujung lidah. "Okay." jawabnya. Kepalanya menunjuk pada kursi penumpang dan ia masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan William tidak membuka mulut sama sekali. Ia hanya sibuk memandang keluar jendela. Dan Damayanti sendiri pun tidak mau membuka mulut karena yang keluar hanya makian yang tidak terdidik milik Farras. Berteman dengan wanita satu itu membuat kamus makiannya sangat beragam.
Bahkan hingga mobilnya berhenti di parkiran apartemen pun tidak ada satu patah kata yang dikeluarkan oleh William. Ia keluar dari mobil dan berdiri dekat pintu penumpang pun tidak membuat William bergeming. Masih duduk di tempatnya dengan tatapan kosong. Damayanti menggelengkan kepala dan mengetuk jendela penumpang hingga pria itu tersentak dan melihat ke arahnya dengan kaget, "Out. Apa perlu saya bukakan pintu?" Ucapnya, melipat kedua tangan di dada hingga William keluar dengan kikuk. Mengikuti Damayanti yang berjalan ke unitnya seperti anak itik mengikuti induknya. Mungkin jiwanya terlepas dari tubuhnya dan otak superpintarnya itu kehilangan kemampuan bekerja setelah mengacaukan malam ini.
Dan seperti keinginannya untuk menghabiskan malam dengan sekotak es krim cokelat diabaikan oleh semesta, seorang pria berdiri di depan pintu unitnya dengan jemari yang asyik mengulir ponsel. Langkahnya yang mendekati unitnya membuat pria itu menoleh. "Bang, ngapain di sini?"
5/6/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...