"Iya, apa lagi?" tanyanya dengan bosan. Aroma lilin yang dinyalakannya tadi memenuhi kamar mandi ini. Rasanya sangat rileks. Perasaannya terasa lebih ringan dan emosinya jauh lebih stabil sekarang.
"Kok belum keluar bathtub juga?"
Coret pemikirannya tadi. Emosinya naik secara tiba-tiba mendengar pertanyaan Wira yang diajukan dengan polos dan tanpa beban. "Dear Bapak, ini bukan urusan Bang Bra. Regards." jawabnya dengan ketus seperti bahasa email yang biasanya digunakan di kantor.
"Berendam kelamaan apa lagi malam-malam itu bi--" Damayanti memotong ucapan Wira sebelum sempat diselesaikannya. "Bang, kok bisa ya lagi jauh aja bikin emosi sampai ke ubun-ubun? Sumpah, bawelnya ngalahin ibu-ibu." cerocosnya dengan emosi. Niatannya berendam lebih lama buyar dan ia memilih untuk tidur lebih cepat agar perasaannya lebih ringan.
Bukannya kesal karena ucapannya terpotong, pria di seberang sana malah tertawa pelan. "Tapi berhasil kan bikin kamu keluar dari bathtub?" katanya.
Damayanti menggunakan bathrobe-nya juga mengeringkan rambut basahnya dengan handuk yang dililitkan ke kepala. "Apa lagi? Aku udah depan laptop, mau data apa?" Damayanti menyalakan laptopnya, bersiap mencari data yang pria itu inginkan sekarang juga agar dapat mematikan sambungannya.
"Siapa yang mau minta data?"
"Lha? Terus ini ngapain telepon lama-lama?"
"Gak ada kerjaan." jawaban Wira membuatnya melongo dan menyumpagi pria itu dalam hatinya. "Dam-dam, aku nemu tebak-tebakan lucu dari internet. Tebak, ya. Surat apa yang yang gak bisa dipalsukan?" ujar pria itu tiba-tiba.
Damayanti menekan cela di antara kedua matanya dengan ibujari dan telunjuk. "Gak tau." katanya tidak peduli.
"Suratan takdir." Wira menjawab pertanyaan sendiri lalu tertawa sedangkan Damayanti semakin dongkol. "Ada lagi, ada lagi. Makanan, makanan apa yang nyambung?"
Damayanti mengetukkan dahinya ke meja dengan kesal. Tidak mau menjawab karena terlalu emosi. Pria itu menjawab pertanyaannya sendiri dengan tawa, "Keripik Singkron!"
Dan cukup sudah. Ia tidak mampu lagi mendengar candaan bapak-bapak dari pria itu. Untuk melampiaskan emosi, Damayanti menyalakan playlist yang dapat membuatnya tenang melalui tabletnya. Alunan gitar yang disusul oleh bass dan drum yang memekakkan telinga mengudara di kamarnya. Tidak ada yang dapat membuatnya tenang selain musik-musik ini. Sebelum ia sempat tenggelam dalam musik, seseorang sudah menyelaknya. "Damayanti! Itu musik apa?!"
"Nirvana, judulnya Smells Like Teen Spirit." jawabnya tanpa mengecilkan volume dari tablet.
"Kamu dengerin lagu gitu pas lagi hamil?!" tanya Wira lagi dengan tidak percaya. "Apa kabar sama musik klasik yang bagus untuk otak anak, Damayanti?!"
Damayanti memutar bola matanya dengan kesal, "Pantes ya Bang, dulu Rhea suka kesel kalau Abang main ke apartemennya atau Abang abis kirimin dia sesuatu. Bawelnya gak ngira-ngira." Damayanti ingat betul bagaimana Rhea dulu sering kali misuh-misuh di group chat atau saat mereka bertemu perkara Wira yang sangat bawel di kehamilannya. Segala sesuatu yang baik untuk kehamilan dikirimkan oleh pria itu padanya. Tidak jauh berbeda dengan perlakuannya pada Farras. Yang berbeda adalah Farras tampak tidak terganggu, ia justru sangat senang kala itu. Hanya Nadi yang tidak mendapat perlakuan serupa karena suaminya tidak suka ada yang mengirimi istrinya sesuatu. Apa lagi dari, Damayanti mengutip ucapannya, 'bekas pacar'.
"Tapi kamu lihat kan Aksa dan Kata gimana waktu lahir?"
"Berkat genetis turunan orangtuanya sih. Gak ada hubungan sama Bang Bra." sahutnya kesal. Tidak mau tau apa yang dikirimi pria itu berpengaruh pada janin yang dikandung kedua sahabatnya atau tidak. "Bang, serius deh. Umur, kebawelan dan jokes bapak-bapak juga udah pas, nikah sana supaya gak gangguin orang hamil mulu."
Wkwkwk Wira jokesnya receh bener, bapack-bapack. Yang mau denger himne kehamilan Damayanti ada di media ya. Target komen chapter 12 1/2 dan 2/2 @600 yaww maaciw.
9/4/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
Roman d'amourMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...