Seharusnya ia memikirkan ulang sebelum melakukan hubungan seks dengan Handaru beberapa bulan yang lalu dan menerima tawarannya untuk menjadi fuck buddy. Karena tidak bisa dipungkiri seks akan mendatangkan perasaan ke salah satu pihak. Dan yang menjadi orang jahat adalah orang yang tidak memiliki perasaan sama sekali. Nah, itu dia masalahnya. Damayanti tidak memiliki perasaan lebih dari seorang teman pada Handaru. Namun, ia juga tidak mau kehilangan teman dengan menolaknya secara terang-terangan seperti yang biasa dilakukannya.
Damayanti berdeham, coba menguraikan tenggorokannya yang tercekat secara tiba-tiba. "Han, lo tahu kan gue gak tertarik ke dalam hubungan?"
"Tahu. Tapi, tahun lalu lo bilang kalau lo mau punya pacar."
"Iya, tapi kalau gue memang niat buat punya pacar, gue gak akan sendiri sampai sekarang dan menerima tawaran fuck buddy lo. Yang omong-omong sudah tidak kita lakukan lebih dari tiga bulan." ujarnya dengan berhati-hati. "Dan, gue sedang hamil." lanjutnya. Menjatuhkan bom yang membuat mata sipit Handaru membelalak.
"A-anak gue?" Tanyanya tergagap.
"No, silly. Bank sperma."
Handaru tidak lantas percaya dengan ucapannya, terlihat jelas dari wajahnya. "Berapa bulan?"
"Satu bulan. See? Bukan anak lo. Kecuali sperma lo keluar dari kondom dan betah berlama-lama di indung telur gue."
"Orang tua lo gimana, Dam?" Susahnya berteman lama dengan observant ya seperti ini. Pasti ada satu-dua hal yang diketahui oleh pria itu.
"Gak gimana-gimana. Kan mereka gak tahu, plus gue keluar dari rumah juga." katanya, mencoba terlihat sesantai mungkin. Membicarakan keluarganya adalah hal yang paling tidak mau dilakukannya. Apa memangnya hal baik yang bisa dibicarakan mengenai mereka?
"Lo siap, Dam, besarin anak sendiri?" Handaru bertanya lagi setelah diam untuk mengumpulkan otaknya yang berserakan setelah bom tadi.
"Siap gak siap. Gue sudah mikirin opsi ini matang-matang bahkan sampai cuti sebulan buat prosesnya. Menikah gak ada di hal yang akan gue lakuin di masa yang akan datang, Han. Kalau lo nyari orang buat itu, mending jangan ke gue, deh. Karena, orang tua lo juga gak jauh beda kunonya dengan orang tua gue." Damayanti mengingat-ingat bagaimana Handaru sering bercerita mengenai orang tuanya yang sangat kuno. Kerjaannya adalah menjodohkan pria itu dengan wanita dari keluarga yang jelas bibit, bebet dan bobotnya. Hamil di luar pernikahan, terlebih dengan wanita yang hamil bukan dengan anaknya pasti akan mencoreng harkat dan martabat yang dijunjung mereka tinggi-tinggi. Terdengar menyenangkan bagi Damayanti ketika memikirkan orang tuanya, dan itu membuat perasaannya sedikit lebih ringan.
"Jadi, gak ada kencan. Okay?" Lanjutnya.
"Tapi, gue tetap bisa jadi teman lo? Lo bisa hubungin gue kalau lo perlu sesuatu tengah malam kayak ngidam gitu." Handaru terlihat bersungguh-sungguh ketika mengucapkannya.
"Lo mau berlagak jadi suami siaga gitu?" candanya.
"Sampai gue ketemu wanita lain yang bikin gue jatuh cinta, gue punya banyak waktu buat nemenin lo, Dam. Adik gue dulu hamilnya berat, muntah dan ngidam terus. Oh, dia juga horny-an kata lakinya. Kalau lo butuh gue buat yang satu itu, gue juga siap sedia." cengiran lebar menghiasi bibir tebal Handaru yang terakhir ia ingat sangat enak ketika dikulum.
Damayanti mencibir, cukup sekali ia hampir mengacaukan hubungan mereka. Seks tidak akan masuk lagi antara ia dan Handaru.
Titik.
23/1/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...