Lover's Dilemma - 2 - Monday COCKtail 3/3

6.3K 859 105
                                    

Dua jam tidur cukup membuat pusing di kepalanya mereda. Segalanya tidak lagi berputar dan langkahnya tidak terseok-seok ketika keluar kamar.

Rhea sudah duduk di sofanya bersama dengan Wira sedangkan Aksa sedang memainkan ponselnya. Hal yang sering dilakukannya akhir-akhir ini menurut Rhea yang curiga Aksa sudah memiliki pacar.

Damayanti tidak merasa hal itu aneh menimbang Aksa sudah remaja, tapi rasanya ada yang mengganjal saat tahu bocah yang kamu kenal sejak baru lahir ke dunia sudah mengenal kata 'pacaran'. Jika dia saja merasa aneh, apa lagi dengan Rhea? Dan, ini juga yang akan dirasakannya sekitar tiga belas tahun nanti.

Tangannya otomatis memegang perutnya. Bagian dari dirinya yang sedang bertumbuh di sana dan ada rasa bahagia yang meluap di dadanya.

"Hei, sudah bangun?" Tanya Wira. Ia baru melihat apa yang dikenakan oleh pria itu hari ini. Pusing membuatnya tidak memperhatikan apa pun, namun saat sakitnya itu hilang ia dapat melihat dengan jelas yang dikenakannya. Kemeja abu-abu dengan vest berwarna hitam dan celana bahan dengan warna yang sama dengan vestnya.

"Langsung dari kantor ya, Bang?" Tanyanya balik.

"Setelah dua jam kamu baru sadar aku langsung dari kantor?" Wira mengangkat alis kirinya.

"Kepalaku pusing, mana merhatiin hal kayak gitu tadi." Damayanti duduk di pouf dekat Rhea. "Yang lain mana, Rhe?"

"Nadi dan Farras sebentar lagi datang."

"Hime gimana?" Ia baru teringat akan anaknya Nadira. Karena mereka hanya tinggal berdua, otomatis Hime akan mengikuti Nadira kecuali jika sedang bekerja.

"Sama Bang Wira nanti." Rhea menunjuk Mahawira dengan jaru telunjuknya. Damayanti melihat pria itu yang kini tengah memainkan ponselnya. "Serius, Bang? Bisa pegang dua anak?" Tanyanya pada pria itu.

"Tiga." ralat Rhea, "Aksa ikut juga nanti. Tapi Farras bawa nanny-nya kok. Jadi, Bang Wira cuma lihatin aja. Daaaaan itu mereka datang." lanjut Rhea saat mendengar bunyi bel dan langsung melesat menuju pintu dan membukanya.

Nadira masuk dengan menggendong Himeka di tangan kiri dan di bahu kanannya ada tas yang ia tahu digunakan untuk barang-barang balita itu. Begitu memasuki rumah Nadira langsung meletakkan Himeka di lantai dengan posisi duduk lalu berdiri tegak untuk merenggangkan punggungnya dan baru menyadari kehadiran Mahawira di sana. "Eh, Bang. Kok ada di sini?" Tanyanya dengan kikuk.

Dan secepat itu Damayanti dapat melihat raut Wira cerah seakan penantiannya selama dua jam ini terbayarkan sudah padahal yang akan dilakukannya setelah ini adalah mengawasi tiga bocah, bukannya berkencan dengan Nadira.

"Iya, aku yang lihatin anak-anak ini nanti." jawabnya saat melihat Kata memasuki ruangan diikuti dengan Farras dan pengasuh yang membawa barang-barang Kata.

"Then off you go, Bang Bra." sahut Farras. Damayanti menggigit bibirnya karena ini bagian menyenangkan dari mereka berkumpul plus Wira. Farras akan menggunakan berbagai macam cara untuk membuat pria itu kesal setengah mati. Contohnya, dengan panggilan Bra, plesetan dari nama Praja, nama panjang dari Wira.

"Ras, sumpah deh, kamu sudah mau kepala empat tapi panggilan waktu umur belasan tahun masih bertahan terus-terusan?" Protes pria itu dengan berkacak pinggang. Bokongnya berada di jarak pandang Damayanti dan Ia mengalami kesusahan meneguk liurnya sendiri sekarang. Bokong sekal pria adalah kelemahannya dan kini di tengah hormonnya yang kacau, ia melihat hal itu di depan matanya dan dibalut dengan celana bahan. Tangannya sangat ingin menampar bokong itu tapi otaknya berteriak dengan lantang: YOU SLUT! Well, she is. Jika ia adalah kue, maka lapisan pertama adalah kecerdasannya, lapisan kedua adalah kemandiriannya, lapisan ketiga adalah dia yang pandai mengatur keuangannya, lapisan keempat adalah dia memiliki impian untuk masa depannya nanti. Bottom line is she is awesome. Then sprinkle some sluttiness. Voila! Damayanti tersedia dan siap untuk disantap.

Setidaknya itu yang selalu dipikirkannya setiap hari saat bercermin.

"Bang Bra, sumpah deh, sudah lewat dua puluh tahun dan masih protes juga sama panggilan itu?" Balas Farras.

"Yak, cukup. Bang, bawa anak-anak gih ke tempat gue." Rhea menyerahkan kuncinya pada Prawira dan menggiring anak-anak, pengasuh dan pria itu keluar dari rumahnya. "Okay. Mari kita mulai membuat minuman."

13/1/21

Lover's Dilemma [FIN] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang