"Ha?" Bibir damayanti terbuka mendengar informasi baru dari Wira. "Dia bilang jangan kasih tau Rhea dan memang Rhea juga gak mau nanya, sih. Dia sibuk kasih makan gengsinya." Wira menggedikkan bahu. Rhea memang tidak pernah membuka topik mengenai Janu jika tidak ditanya oleh salah satu dari mereka. Itu pun nyari tidak pernah, kecuali Farras dengan celetukan lidahnya yang minta dikasih cabai.Rhea dan gengsinya adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Mungkin Rhea perlu waktu dengan Janu dan Aksa pagi ini? Atau wanita itu perlu teman untuk bercerita makanya belum membatalkan janji mereka?
"Masih jadi sarapan bareng Rhea, Dam?" Pertanyaan Wira mengalihkan pikirannya dari niatan untuk menghubungi Rhea dan membatalkan pertemuan mereka. Ia menggigiti kuku ibu jarinya, "Gak tau, Bang. Lagi mikir juga ini. Paling kalau gak jadi sama Rhea, ke tempat Nadi."
Damayanti berhenti bicara saat pesan masuk dari Farras ke grup mereka. Wanita itu heboh sendiri atas berita pulangnya Janu dan meminta pertemuan secepatnya untuk membahas hal ini. Kayak ini masalah hidup dan matinya saja. Ia kesal tapi sudut bibirnya tertarik tanpa disadarinya. "Alright, I need to go, Bang. Bye!" katanya dan langsung mematikan sambungan.
**
Damayanti duduk di atas karpet yang berisi satu anak bayi, dua remaja tanggung dan satu anjing yang didapat Nadi dari Ganendra. Foster katanya, yeah, right. Cemoohnya dalam hati, tanpa dikeluarkannya. Takut kalau-kalau Nadira langsung mengambil langkah seribu jika tahu apa niatan pria itu dari sekilas cerita yang didengarnya. Entah sahabatnya ini terlalu lurus atau dia memang tidak mau peduli pada perasaan orang lain. Tapi, memang tidak susah untuk jatuh cinta dengan Nadira yang lemah lembut dan cantik. Semua dari diri Nadira meneriakkan kefeminiman yang tidak mungkin dimilikinya.
Atau Farras yang cantik dan supel. Mudah berteman dengan semua orang dan selalu menjadi center of attention. Meskipun ia terkadang terlalu gila perhatian, tapi ia mudah berbaur. Hal yang tidak pernah bisa dilakukannya.
Atau Rhea yang tahu apa yang dimau lalu fokus ke sana serta memiliki keluarga yang sempurna di matanya. Ibu yang penuh perhatian dan abang yang sayang setengah mati padanya.
Damayanti menggelengkan kepalanya saat pikiran itu kembali hadir, pikiran yang terakhir muncul saat mereka kuliah dan sudah lama tidak pernah lagi hinggap di kepalanya. Ia merasa buruk karena mengingini apa yang dimiliki oleh para sahabatnya.
Anjing kecil tadi kini duduk di sampingnya, tangan Damayanti otomatis mengelus bulu-bulu ikal berwarna aprikot dan membuat rasa cemasnya perlahan luruh. "Mungkin gue juga harus pelihara anjing, ya?" Katanya.
"Jangan gila, deh. Punya anak dan kerja aja sudah susah buat dipegang semua. Lo mau nambahin dengan satu anak anjing lagi?" Farras menggigit wortel yang dibawakan oleh Nadira untuknya lalu memuntahkannya langsung. "Gila, ini bland amat!" Gerutu wanita itu yang kini sudah menenggak air putih.
"Itu wortel kukus kesukaan Dam-dam. Memang bukan buat lo yang sukanya makan daging doang." Rhea mengejek dari sofa tempatnya duduk. Kedua tangan dan matanya masih fokus pada ponsel. Sambil sesekali tersenyum, membuat Farras meneriakinya yang seperti sedang puber kedua. Aksa terlihat mendekat dan duduk di sampingnya sehingga mereka mengapit si anak anjing.
"Sa, kamu pusing gak sih dengerin mereka berdua ribut terus?"
Bocah itu terkekeh, "Enggak. Aku seneng lihat Mami bisa ngomel-ngomel dan ketawa kalau kalian lagi ngumpul. Tante, mau pegang dede bayi, boleh?"
3/5/21
Wow sebulan baru ketemu Dam-dam lagi wkwkw
Dari chapter 14 1/2 sampai tamat targetnya @500 komen aja yes. Nanti aku apdet sampai chapter 19 2/2 dulu setelah itu nunggu target sampai baru apdet chapter 20.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
Любовные романыMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...