Setelah outburst-nya, Damayanti tertidur mendengarkan buaian dari Wira tanpa disadari. Dan saat ia membuka mata pun wajah pria itu yang dilihat melalui layar ponselnya. Kedua matanya masih tertutup dengan napas yang teratur. Wira tampak sedikit tidak menyebalkan saat diam seperti ini. Mungkin ini satu-satunya waktu Damayanti melihat pria itu diam. Di kantor, jika ia tidak ada meeting dan dokumen audah dikerjakannya, Wira akan berkeliling. Mendatangi meja para VP untuk bertanya hal-hal tidak penting yang tiba-tiba saja akan menjadi penting setelah didengarnya. Atau memanggil Ben ke ruangannya dan Ben akan keluar dengan gerutuan karena mendapatkan tambahan pekerjaan di antara pekerjaannya yang menumpuk.
Rhea adalah versi wanita dari Wira. Perbedaannya hanya wajah pria itu lebih tegas di rahang. Matanya kemudian jatuh ke bibir Wira. Bibirnya dikelilingi dengan kumis dan jambang halus yang kini mulai terlihat lebih jelas. Bagian bawah bibirnya sedikit lebih tebal di bandingkan bagian atas yang berbentuk seperti 'M'. Warnanya sedikit lebih gelap karena rokok yang terkadang dihisapnya saat sedang stres. Ia tahu karena sesekali mereka merokok bersama dengan Rhea dan Farras. Hanya Nadira yang tidak merokok di antara mereka. Rhea berhenti lebih dulu saat hamil, disusul dengan Farras. Tapi, wanita itu kembali merokok setelah selesai menyusui, sesekali katanya. Dan sekarang, gantian ia yang berhenti mengkonsumsi benda itu.
Ada garis-garis halus di sekitar mata dan pipi pria itu yang baru disadarinya. Ini bukan pertama kalinya ia menatap Wira yang tertidur, namun ia baru memperhatikannya dengan jelas sekarang. Ia mendengkus mendengar ucapan di kepalanya, tentu saja.
Mata pria itu bergerak ke kanan-kiri kemudian terbuka dan pandangan mereka bertemu. Tangannya terarah ke layar, sepertinya mengecek jam berapa dengan mata yang terbuka setengah. "Jam delapan pagi di sini." katanya dengan suara serak lalu kembali menutup mata dan memeluk bantal kepala yang berada di depannya. "Aku ketiduran, ya?" Tanyanya.
"Kayaknya aku duluan yang ketiduran." jawab Damayanti.
Pria itu menggumamkan hmm yang terdengar sangat dalam di telinganya. "Aku pikir kamu hilang lagi." katanya, samar-samar terdengar di telinga Damayanti. Memilih untuk tidak menggubris pria itu, ia duduk di ranjangnya dan menggeliat.
"Perutnya mulai besar, ya." kata pria itu, matanya kini sudah terbuka lebar. Perhatian Damayanti pun langsung jatuh ke perutnya. Bagian bawahnya memang sedikit lebih menonjol. Buru-buru Damayanti menutupi perutnya. "Gak ke mana-mana, Bang? Gak ada sarapan sama cabang sana?"
"Gak, ah. Capek banget diajak keluar mulu. Aku mau tidur aja di hotel. Mau rebahan. Mumpung bisa."
Damayanti berdecih, "Macam bisa aja diem gak rusuhin orang. Palingan juga bentar lagi hubungin siapa buat nanyain kerjaan." ejeknya. "Udah, ah. Aku mau nyantai-nyantai dulu."
"Bentar lagi, Dam. Sepuluh menit." Wira masih tertidur di ranjangnya. Damayanti mengerang kesal, "Mau ngapain lagi sih, Bang?"
"Diem aja, sih. Susah banget disuruh istirahat. Tidur kamu baru bentar. Lagian, emangnya kamu keluar kamar mau sarapan?"
"Aku mau sarapan sama Rhea dan Aksa. Kalau jadi itu juga. Semalem Rhea ngabarin Janu datang." katanya, Wira tidak terlihat terkejut atas apa yang dikatakannya. "Akhirnya, pulang juga dia."
"Lho, Abang tau dia ke mana?"
"Tau lah, kan aku sama dia kadang tuker-tukeran kabar."
Gemetz gak Bang Bra?
Udah ya, aku nunggu sampai target dulu baru update lagi part 14 2/2 hihi
3/5/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...