“Lepas sepatu, taruh di lemari.” Ujarnya begitu membuka pintu. Wira melakukannya meskipun terlihat bingung. “Terakhir ke sini, aku gak buka sepatu.”
“Iya, aku terlalu pusing buat mikirin sepatu Abang yang kotorin rumahku, sekarang otakku bekerja dengan sempurna.” balasnya. Meletakkan tas di meja makan dan duduk di kuris bagian kepala meja. Menunggu Wira meletakkan makanan yang dibelinya tadi di meja makan lalu pergi agar ia bisa menikmati makanannya sendiri. Seperti yang sudah-sudah.
Keningnya berkerut saat melihat Wira justru duduk, bukannya pergi setelah meletakkan makanan. “Ngapain duduk?”
“Mau makan lah.” jawab Wira, ia sudah membuka bunngkusan makanan dan kembali berdiri lagi, memasuki area dapur.
“Mangkok kamu di mana?” Pria itu membuka laci pertama sebelah kiri, tempatnya meletakkan sendok, garpu dan peralatan makan lainnya. Kemudian membuka laci sebelah kanannya yang berisikan hal serupa. “Why you have so many flatware actually?” Keluhnya.
“Di laci kedua, Bang.” katanya yang langsung membuat Wira membuka laci yang disebutkannya. Senyumnya mengembang dan ia langsung mengambil dua buah mangkok serta sendok garpu dan dua buah gelas. Duduk dan langsung menyiapkan pangsit mereka. “Sudah dingin, kamu mau dipanasin lagi?”
“Gak, Bang. Punya Abang aja yang dipanasin kalau mau.”
“Nope. Gak kuat panas.” tolaknya cepat yang membuat Damayanti memberikan cengiran mengejek, “Lidah kucing.” ejeknya. Sedari dulu, Wira memang selalu menolak makanan yang masih panas. Ia tidak bisa menikmatinya atau pun akan selalu repot-repot untuk meniupnya hingga dingin. Wira berdiri lagi, “Lupa bawa botol minum.” Lalu mengambil satu dari kulkas dan kembali duduk.
“Ini enak. Lupa terakhir makan ini kapan ya.” ujar Wira di antara kunyahannya. “Kelamaan makan sama bos-bos di restoran mahal, sih.” Damayanti kembali mengejeknya.
“Tuntutan pekerjaan, Dam. Kalau gak juga aku mana mau. Table manner, makan gak bisa sepuasnya ditambah yang diomongin pekerjaan pula.” katanya. Namun, Damayanti tahu pria itu tidak mengeluh. Ia hanya menjabarkan hal yang memang sering kali terjadi saat lunch meeting. Lebih banyak kerja dibandingkan makan dan beristirahatnya. Hal yang paling ia hindari, jam kerjanya sudah sangat cukup untuk membuatnya pusing.
“Ngomong-ngomon ngapain makan di sini? Masih mau ke rumah Rhea lagi kan?”
“Dia mana mungkin punya makanan. Beli sesuai porsi makan mereka, kalau pun lebih hanya cemilan.” Benar juga. Rhea sangat anti membuat kulkasnya penuh dengan makanan. Selain sering kali ia membiarkannya hingga basi, Aksa mudah bosan dan jarang mau memakan masakan yang sama dua kali berturut-turut, jika tidak benar-benar menyukainya.
“Sana pergi kalau sudah selesai makan.” Ujarnya lagi saat melihat Wira sudah selesai dengan sendokan terakhirnya. Pria itu mendengkus, “Ada apa sih dengan kelian yang suka banget ngusir aku? Gak kamu, gak Rhea, Gak Nadi sama aja.”
Damayanti tertawa pelan, “Lagian suka banget sih numpang makan di rumah orang.”
“For the record, aku yang beli makanannya dan cuma numpang tempat buat makan aja di tempat kalian.” Belanya. Damayanti tidak mau mengalah, ia mengatakan, “Tetap aja itu ganggu, tahu gak?”
Pria itu memegang dadanya dengan lagak dramatis, seakan-akan apa yang diucapkannya menyakiti hati Wira. “Kamu jahat. Ternyata kamu sama saja seperti orang lain! Sehabis manis, sepah dibuang!” Ujarnya dengan suara bergetar. Damayanti memutar bola matanya, sisi lain Wira yang tidak banyak orang tahu ini kadang membuatnya sebal. “Setop akting kayak istri teraniaya deh. Badan segede godzilla gitu gak cocok. Terus masih ngapain di sini?”
“Mau numpang ngopi dan istirahat sebentar.”
Damayanti mengecek jam di pergelangan tangannya, pukul delapan lewat. “Nanti kemalaman keburu Aksa tidur, Bang. Dia tidur jam sembilan kan?”
Mon maap aku baru bisa update karena ada kesibukan di dunia nyata 🙏
Buat man teman yang butuh bacaan, mulai minggu depan aku akan update kelima cerita di bawah ini bergantian dan sesuai target (kalau ada), jadi yang butuh bacaan bisa ke sana ya. Iya, akan cetak bulan 6 nanti kelimanya, nabung dari sekarang yes hihi
Target selanjutnya komen 300, part 2/2 alu update besok :)
24/2/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover's Dilemma [FIN]
Roman d'amourMay contain some mature convos & scenes. Menikah tidak ada dalam kamus Damayanti. Satu hal yang membuatnya menerima perjodohan dengan anak teman ibunya adalah karena bakti. Namun, keberuntungan berada di pihaknya ketika pria itu lari tunggang langg...