Part 44

470 26 2
                                    

Setiap momen memiliki arti tersendiri, jadi jangan lupa untuk mengabadikan momen-momen yang mungkin tak akan terulang kembali.

- Author
_______________

Dia benar-benar tak menyangka atas jawaban Angel. "Kamu serius?" tanya Cahaya masih tak percaya.

"Iya. Itu fakta termenyakitkan dalam hidup gue," jawab Angel.

"Kenapa? Maksudnya bagaimana bisa kalian saudaraan?"

"Ceritanya panjang. Intinya gue kembaran Langit yang sempet terpisah, lalu sekarang kita dipertemukan kembali."

Otak Cahaya masih ngelag, dia masih bingung, mereka itu satu sekolah, tetapi bagaimana bisa mereka tidak menyadari kalau mereka adalah saudara kembar?

Tanpa mereka ketahui, di tempat lain Langit terdiam dengan wajah pucatnya seraya memegangi perut, dia memejamkan mata merasakan sakit yang menghantam dirinya. Keringat dingin sudah menetes sejak tadi.

Kenapa sekarang sakitnya semakin bertambah? Apa mungkin penyakitnya sudah tambah parah? Padahal 'kan Langit sudah rajin cuci darah meskipun ya terkadang lupa jadwal.

Bagaimana kalau ginjalnya rusak sepenuhnya sebelum dia menemukan pendonor yang cocok? Apa yang akan terjadi? Apa mungkin Langit akan ... akh, tidak! Jauhkan pikiran itu, Langit akan sembuh bukan?

Langit masih merasakan sakit, tetapi dia berusaha berdiri dan terlihat baik-baik saja. Dia tidak boleh terlihat lemah. Perlahan, Langit berjalan menghampiri Cahaya dan Angel.

"Udah?" tanya Langit seraya memaksakan tersenyum tipis.

"Belum. Satu hal lagi, soal pembullyan waktu itu, anggap aja itu ucapan selamat datang dari calon adik ipar," ujar Angel diakhiri tawa.

"Aish," ringis Cahaya lalu ikut tertawa, sedangkan Langit dia hanya tersenyum bahagia.

Di tengah rasa sakit itu, Langit masih bisa tersenyum bahagia. Tentu saja dia bahagia, semua keinginan Langit kini sudah tercapai, semua do'a yang dia pinta kini sudah dikabulkan. Dia sudah berkumpul kembali dengan keluarganya meskipun dalam keadaan yang berbeda dan Cahaya sudah mengingat serta kembali ke dalam dekapannya.

Lalu tiba-tiba sebuah telepon masuk. Ternyata itu dari sang paman.

"Hallo, Om?" sapa Langit.

"Kamu di mana?"

"Langit di taman, sama Cahaya sama Angel juga," jawab Langit.

"Ekh, baru pulang dari rumah sakit udah pacaran aja."

"Apa sih Om? Iri ya?" balas Langit seraya terkekeh pelan. Sedangkan Cahaya dan Angel hanya saling pandang, mereka tak mengerti apa yang membuat Langit terkekeh seperti itu.

"Masih pacaran aja bangga, Om dong udah nikah," sahut Baskara dengan nada sombong.

Lagi-lagi Langit terkekeh.

"Kamu cepetan pulang, bawa Cahaya sekalian," ujar Baskara.

"Ekh, apa nih? Langit mau dinikahin?"

"Gak usah banyak omong, cepet pulang, jangan lupa bawa Cahaya sekalian."

Langit hanya mengangguk saja, padahal dia tahu Basakara tidak mungkin melihat anggukannya, karena mereka sedang melakukan panggilan telepon bukan panggilan video.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang