Part 49

1.3K 31 10
                                    

Usai mandi, Cahaya duduk diatas kasur. Dia menatap dua tiket yang seharusnya sudah mereka gunakan, tetapi kini tiket hanya tinggal kenangan. Gadis itu tersenyum, meski sejuta pedang tengah menikam dadanya saat ini.

Cahaya mengembalikan tiket konser itu ke kotak berwarna biru yang dia beli, dia akan menyimpan tiket beserta kotak itu sebagai kenangan. Pandangannya kini beralih pada kotak berwarna merah muda dengan pita merah yang katanya hadiah dari Langit itu.

Saat membuka kotak itu, hal pertama yang dia lihat adalah sebuah boneka. Tenggorokan Cahaya terasa kering, pedang-pedang tak terlihat itu kembali menikam tepat di dadanya. Cahaya berusaha untuk tidak meneteskan air mata, tetapi dia tidak bisa.

Gadis itu memeluk boneka yang Langit beri, dia memeluknya sangat erat seraya memejamkan mata, membayangkan bahwa boneka yang kini tengah dia peluk adalah Langit. Baru beberapa hari ditinggalkan oleh Langit, Cahaya sudah sangat merindukannya. Jika Tuhan mengizinkan, dia ingin Langit kembali. Ada di sini, memeluknya, menemaninya.

Dia melepaskan pelukannya, beralih pada tulisan yang menempel di baju boneka yang baru saja dia peluk "look here." Itu adalah kalimat yang menempel, dengan tanda panah yang mengarah ke saku dari baju boneka.

Dengan rasa penasaran, Cahaya merongoh saku boneka taddy itu dan dia menemukan sebuah flashdisk. Dengan cepat-cepat Cahaya mengambil laptop, menyalakannya lalu memauksn flashdisk itu.

Di sana hanya ada dua video, Cahaya melihat video yang pertama. Video itu menampilkan semua foto-foto Langit dan Cahaya. Semua. Saat mereka masih SD, saat SMP, foto beberapa menit sebelum terjadi kecelakaan sampai foto-foto mereka sebelum Langit pergi untuk selamanya.

Video yang memakai backsound lagu Kamu dan Segala Kenangan karya Maudy Ayunda itu sukses membuat air mata Cahaya mengalir dengan deras. Entah apa alasan Langit memilih lagu itu, tetapi yang jelas lagu itu seolah mewakili perasaan Cahaya sekarang. Mungkin, alasan Langit memilih lagu itu karena dia sudah memiliki firasat bahwa dia akan meninggalkan Cahaya untuk selamanya.

Seperti menabur garam di atas luka, ini benar-benar terasa menyakitkan bagi Cahaya. Langit memberikan kesan yang tak akan pernah bisa Cahaya lupakan. Dia benar-benar mengukir sebuah kenangan yang tak akan lekang oleh waktu.

Cahaya menyeka air matanya, dia beralih pada video yang ke dua. Di awal video, terlihat senyuman manis khas Langit. Cahaya ikut tersenyum dengan air mata yang ikut luruh. Dia rindu senyuman itu.

"Hai, Cahaya. Ini aku, Langit. Iya, Langit Aditya Dirgantara. Aku mau sedikit cerita nih, kamu mau dengerin, 'kan?" Cahaya tersenyum, dia mengangguk, seolah Langit benar-benar hadir di hadapannya.

"Kamu tau gak? Gimana perasaan aku saat melihat kamu lagi setelah sekian lama berpisah, aku bahagia. Sangat bahagia. Bahkan, aku ingin menangis saking bahagianya, tapi kali ini aku gak akan membahas itu. Hehe." Terdengar kekehan diakhir kalimatnya, membuat Cahaya tersenyum lebar meski tetap dihiasi oleh air mata.

"Sebelumnya, aku pengen bilang, aku sayang kamu. Sayang banget. Kamu adalah cinta pertama aku, juga cinta terakhir aku."

"Aku sengaja membuat video ini. Kamu tahu? Sekarang kondisiku tak lagi baik. Aku takut, aku gak bisa menyampaikan hal ini. Cahaya, aku pernah memohon sama Tuhan untuk tidak memisahkan kita, tetapi setelah mengetahui kondisiku saat ini, aku jadi gak yakin Tuhan akan mengabulkan permohonanku sekarang."

"Aku tahu. Bagi Tuhan, segala sesuatu itu mudah, entah itu menyembuhkan, atau mematikan. Apapun yang terjadi nanti, mungkin itu memang jalan yang terbaik untuk aku, untuk kamu dan untuk kita semua. Ingat, Tuhan adalah penulis skenario terbaik."

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang