Part 20

378 22 3
                                    

Gue selalu siap menjadi obat buat lo, sekalipun orang lain yang memberikan lukanya.

- Langit Aditya D.
___________________

"Langit! Aku ngelakuin ini semua karena aku sayang sama kamu, aku gak suka liat kamu sama Cahaya!"

"Gak ada yang salah dengan hubungan gue dan Cahaya, kalau lo gak suka liatnya, hilangin aja mata lo!"

"Langit aku peringatin ya, aku gak bakalan pernah berhenti mencintaimu sampai kamu menerimaku!" teriak Angel.

Langit tidak menghiraukan racauan gadis itu. Dia terus berjalan dengan tangan yang setia mengenggam tangan Cahaya. Bahkan Langit tidak memedulikan Cahaya yang sedikit kesusahan berjalan mengikuti langkah Langit.

Cahaya merasakan sedikit nyeri di bagian kaki, sepertinya rasa sakit itu dia dapatkan ketika terjatuh saat didorong oleh Angel.

Angel memukul meja cukup keras, bukannya merasa lega malah tangannya terasa sakit. Veronica dan Febri mengernyit ikut merasakan sakit, sedangkan beberapa siswa yang melihat itu tampak menahan tawa.

"Langit, kamu mau bawa aku kemana?" tanya Cahaya.

"Ke KUA," jawab Langit sekenanya.

Padahal lelaki itu akan membawa Cahaya ke gudang, karena Andin dan Bian masih terjebak di sana, tadi dia tidak sempat membebaskan mereka.

Kunci gudang masih menggantung di sana, Langit langsung membuka kuncinya, lalu terlihatlah Bian dan Andin yang tengah duduk melamun.

"Kalian gak kerasukan, 'kan?" tanya Langit ketika membuka pintu gudang.

"Ck, lo kemana aja?"

"Gue nyelametin calon istri dulu," jawab Langit seraya tersenyum jahil.

"Cahaya lo gapapa?" tanya Andin seraya memeluk Cahaya.

"Ndin, kok kamu bisa ada di sini?" tanya Cahaya bingung. Tadi mereka pamit karena dipanggil oleh guru katanya, ekh malah nyungsep di gudang.

"Kita di kerjain sama Angel, Vero, Febri." jawab Andin dengan wajah kesalnya.

"Tapi kalian gapapa, 'kan?" tanya Cahaya.

"Enggak. Harusnya gue yang khawatir sama lo, mereka gak nyakitin lo, 'kan?"

"Yaa gitu," jawab Cahaya.

Penampilan Cahaya kini sudah tidak seperti tadi. Tamparan Angel terlihat membekas di pipi, tak hanya itu, Cahaya juga mendapatkan memar di kaki. Bajunya pun kini sudah basah dan sedikit bau anyir.

Sebenarnya Cahaya tidak terlalu mengingat apa yang dilakukan oleh Angel, karena yang ada diingatannya hanya laki-laki berseragam SMP. Siapa dia?

"Untung aja ada Langit, kalau gak ada dia, gak tau deh nasib aku kek gimana," lanjut Cahaya seraya menatap Langit.

"Ekhem, ada super Langit, nih," sahut Bian.

"Cahaya pipi lo kenapa? kaki lo juga?" tanya Langit seraya memegang pipi gadis itu. Sepertinya Langit baru melihat lebam di pipi serta memar di kaki Cahaya. Cahaya hanya menatap Langit seolah berkata 'menurut ngana?'

"Lo bisa jalan?" tanya Langit.

"Tadi aku dari sana ke sini ngapain? Terbang?" tanya Cahaya dengan nada kesalnya. Sungguh pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.

"Maaf, gue gak sadar kaki lo terluka."

Langit menawarkan diri untuk mengantarkan Cahaya pulang, apalagi setelah dia melihat kaki Cahaya terluka. Meski sebenarnya luka yang Cahaya dapatkan tidak begitu parah, tetapi Langit tetap mengkhawatirkan hal itu, Langit memang selalu berlebihan jika soal Cahaya.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang