Part 7

455 34 0
                                    

Satu hal yang gue inginkan, tetapi tak pernah terwujudkan. Kasih sayang orang tua. Gue bisa beli apapun yang gue mau, tetapi gue gak bisa beli kasih sayang.

- Langit Aditya D.

___________________

Langit menatap sang ayah dengan malas. Lelaki itu sedang tidak ingin cekcok, paginya terlalu indah jika harus diawali dengan pertengkaran.

"Pah," peringat sang istri seraya mengusap tangan sang suami.

Hubungan Langit dengan sang ayah memang tidak terlalu dekat, apalagi setelah kepergian sang ibu, hubungan mereka semakin merenggang, dan beberapa tahun terakhir mereka pisah rumah.

Banyak hal yang membuat Langit tudak menyukai ayahnya, ralat bukan tidak menyukai sang ayah melainkan kelakuannya. Ingat, Langit tidak membenci ayahnya, dia hanya tidak suka dengan cara ayahnya memperlakukan dirinya.

Bahkan Langit sempat merasa bahwa sang ayah sejak kecil memang tidak pernah mencintainya, menyayanginya.

Saat Langit kecil, saat sang bunda masih ada, Langit pernah bertanya tentang apakah Langit adalah anak ayahnya atau bukan, dan jawaban sang bunda adalah Langit memang anak Dirgantara, pengusaha yang cukup terkenal.

Meski begitu, Langit sebenarnya menyayangi Dirgantara, dia juga ingin hubungan keluarganya harmonis seperti keluarga Bian, tetapi sayangnya mereka terlalu renggang, apalagi setelah pertengkaran yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Masih punya muka kamu dateng ke sini?" tanya sang ayah lagi-lagi dengan nada datarnya.

Langit menghela napas, sepertinya tiada pertemuan tanpa pertengkaran diantara mereka. Setiap bertemu, pasti bertengkar.

"Kenapa sih Papah itu kayaknya benci banget sama Langit? Kalau Papah benci sama Langit kenapa Papah gak biarin Langit ikut aja sama bunda? Kenapa Papah malah jauhin Langit sama bunda? Langit juga gak mau kok tinggal di rumah ini, lebih baik hidup sederhana sama bunda daripada hidup mewah sama Papah!" ujar Langit. Pada akhirnya, jika mereka harus bertengkar, tak apa, meski Langit harus mengorbankan paginya yang indah.

Sakit? Tentu saja.

Dirgantara sebagai ayah Langit, orang tua kandung Langit, merasa terluka dengan perkataan putranya itu. Tidak ada orang tua yang tidak sakit hati jika anak kandungnya sendiri mengatakan hal seperti itu bukan?

"Berani kamu ngomong gitu sama Papah, ayah kandung kamu?!"

Dengan gesit, Maria membawa Bumi keluar rumah, menyuruh supir dan baby sitternya untuk segera mengantarkan Bumi ke sekolah, Maria tidak ingin Bumi melihat pertengkaran ayah dan kakanya.

"Berani, karena yang Langit omongin itu emang faktanya."

"Langit!"

"Papah gak pernah ngajarin kamu jadi anak durhaka!"

"Iya, dan jangan lupakan Papah juga gak pernah ngajarin Langit apa-apa, Papah sibuk sama kerjaan Papah, Papah sibuk sama keluarga Papah dan Papah gak pernah meduliin Langit," ujar Langit dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Bahkan Papah gak pernah luangin waktu Papah untuk Langit. Asal Papah tahu, Langit juga butuh kasih sayang Papah," lanjut Langit dengan nada pelan, lalu dia mengambil tas sebelum dia pergi meninggalkan Dirgantara dan Maria.

Semuanya terdiam membisu mendengar ucapan Langit, selama ini jika mereka bertengkar tidak pernah sampai membawa-bawa perasaan, mereka biasanya hanya cekcok biasa. Baru kali ini Langit mengungkapkan perasaannya, meski tak semua.

Maria menatap Dirgantara sebentar lalu segera menyusul Langit.

"Langit," panggil Maria dengan nada khawatir seraya berlari kecil.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang