Part 11

510 35 5
                                    

Aneh, yang ditampar pipi, tetapi yang nyeri hati.

- Langit Aditya D

_________________

Cahaya kini tengah menyuapi Langit, meskipun pada awalnya Langit menolak karena tidak selara makan juga disertai dengan rasa mual, tetapi Cahaya tetap memaksa, pada akhirnya Langit mengalah.

Langit menutup mulutnya rapat-rapat seraya menggelengkan kepala kala Cahaya akan menyuapinya kembali.

"Udah."

"Hmm, yaudah deh gapapa yang penting udah makan," ujar Cahaya seraya menyimpan makanannya ke atas meja yang ada di sana.

"Cahaya, gue boleh minta tolong gak?" tanya Langit dengan wajah serius.

"Apa?"

Langit terdiam beberapa saat.

"Tolong jadikan gue suami lo," jawab Langit seraya tersenyum tulus.

"Ck, lagi sakit juga masih aja becanda."

"Siapa yang becanda? Gue serius," jawab Langit.

Meski terkesan becanda, tetapi apa yang Langit katakan itu memang serius. Dia ingin menjadi suami dari gadis bernama Cahaya, hidup bersamanya, membangun sebuah keluarga.

"Aku heran deh, kok bisa sih kamu terang-terangan gitu sama perasan kamu, gak malu apa?" tanya Cahaya.

Langit tidak menjawab, dia membenarkan duduknya lalu mengambil satu tangan Cahaya untuk dia tempelkan di dadanya.

"Lo bisa rasain 'kan debaran jantung gue?" tanya Langit. Cahaya terdiam, wajahnya memerah karena malu, ya dia merasakan debaran jantung Langit yang begitu cepat.

Cahaya menarik tangannya kemudian membalikan badan membelakangi Langit karena malu.

Entah mengapa tiba-tiba Cahaya  kesal dengan dirinya sendiri. Kenapa tadi dia mau menjaga Langit? Harusnya tadi dia pergi ke kelas saja. Akh ada apa sih dengan Cahaya? Jadinya dia terkesan suka sama Langit, padahal nyatanya tidak, atau lebih tepatnya belum. Belum menyadari.

Langit tersenyum melihat tingkah Cahaya yang terlihat menggemaskan di matanya.

"Makasih ya, makasih udah mau jagain gue, jadi makin sayang, gue halalin lo sekarang boleh gak?" tanya Langit membuat Cahaya semakin malu.

***

Saat jam istirahat, Langit meminta Bian untuk mengantarkannya pulang. Bian sudah mengajukan diri untuk menemani Langit di apartemen, tetapi Langit menolak, dia tidak ingin menjadi beban.

Padahal sebenarnya kalau pun Bian menemani, itu sama sekali tidak akan menjadi beban, Bian malah akan senang, karena itu artinya dia tidak akan kembali ke sekolah.

Berhubung Langit menolak. Jadilah  Langit sendiri di apartemennya, tidak sendiri sih, masih ada Choco yang setia menemani.

Langit mengambil ponsel lalu dia mengirimkan pesan pada sang paman, menanyakan dimana dia berada, ternyata sang paman masih berada di rumah sakit.

Karena Langit sedang sakit, jadinya dia pergi menemui Baskara menggunakan kendaraan umum. Dia sedikit khawatir jika mengendarai motor, takut terjadi apa-apa.

Baskara sedikit terkejut mendapati Langit datang menemuinya, tidak seperti biasa.

"Om, Langit mau nanya, akhir-akhir ini Langit sering pusing, susah konsentrasi, lemes, mual sampe muntah-muntah, ngerasa capek gitu, bahkan tadi Langit pingsan, Langit gak hamil 'kan, Om?" tanya Langit menceritakan apa yang dia rasa seraya tersenyum diakhir kata.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang