Part 43

407 24 0
                                    

Motivasi yang kuat, akan melahirkan tekad yang kuat pula.

- Author.
__________________

Mendengar panggilan Langit, Cahaya berhenti berlari. Gadis itu menoleh, beberapa meter di depan sana sosok lelaki tengah berdiri seraya mengatur napas. "Langit," bisik Cahaya. Gadis itu kembali menumpahkan air mata. Dengan secepat kilat, dia berlari menghampiri Langit lalu memeluknya dengan sangat erat.

Langit hanya berdiri mematung, dia masih belum bisa mencerna apa yang tengah terjadi, dia juga kaget dan tak percaya dengan kenyataan bahwa Cahaya tengah memeluknya. Bahkan gadis itu kini menangis di dadanya sambil beberapa kali melafalkan kata maaf.

Meskipun Langit masih linglung dan tak mengerti dengan apa yang terjadi, tetapi dia tetap membalas pelukan dari Cahaya.

"Maafin aku Langit, aku udah inget semuanya," bisik Cahaya parau dengan dihiasi isak tangisnya.

Mendengar bisikan Cahaya, Langit langsung mengerti apa yang terjadi saat ini, lelaki dengan tinggi 170 centi meter itu tersenyum lembut, dia semakin mengeratkan pelukannya pada Cahaya. Langit bahagia, sangat bahagia. Bahkan air matanya kini sudah menetes tanpa diminta. Lelaki itu terharu, penantiannya selama ini tak berakhir sia-sia.

Dua insan yang sudah lama dipisahkan kini kembali di pertemukan. Gadis yang sudah lama menghilang, kini kembali ke dalam dekapan. Dua hati yang terpisah kini kembali menjadi satu. Cinta lama kini bersemi kembali.

Kini Langit dan Cahaya tengah duduk di bangku taman yang kebetulan tidak terlalu ramai. Cahaya masih betah memeluk Langit, gadis itu bertingkah seolah tidak ingin kehilangan Langit lagi, padahal selama ini yang merasa kehilangan adalah Langit, Langit juga yang ditinggalkan.

"Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu itu Langitnya aku?" tanya Cahaya seraya menatap wajah Langit dengan mata sembabnya.

"Kamu pasti gak percaya kalau aku kasih tau, bahkan kamu sendiri yang bilang kita gak mungkin sepasang kekasih di masalalu," jawab Langit santai seraya mengusap rambut Cahaya lembut.

Bibir Cahaya melengkung ke bawah, matanya kembali berkaca-kaca, lalu gadis itu kembali memeluk Langit dan menumpahkan air matanya.

"Maafin aku. Aku jahat, dengan mudahnya aku ngelupain kamu gitu aja, aku jahat Langit, aku ninggalin kamu, padahal aku pernah janji gak akan ninggalin kamu."

"Ssttt, udah-udah, jangan nangis lagi. Itu kecelakaan. Kamu gak jahat, kamu gak ninggalin aku, buktinya sekarang kamu ada di sini, di dekapan aku," ujar Langit menenangkan seraya mengusap pipi Cahaya lembut. Lalu dia mencium kening, mata, pipi dan hidung Cahaya.

Cahaya memegang tangan Langit yang bertengger di pipinya. "Maafin aku," bisik Cahaya.

"Kamu gak salah," jawab Langit.

"Tapi aku ninggalin kamu."

"Kamu gak ninggalin aku, karena kamu selalu ada di hati aku."

Cahaya tersenyum haru, dia terharu melihat ketulusan Langit, dia memang jahat, bagaimana bisa Cahaya melupakan orang sebaik Langit?

Melihat Cahaya kembali meneteskan air mata, Langit segera mengusapnya menggunakan ibu jari. "Usap air matamu, aku tak ingin ada kesedihan," bisik Langit dengan nada bernyanyi, seulas senyum terukir di wajah tampan Langit.

Mendengar nyanyian Langit membuat Cahaya terkekeh. Sepertinya memang hanya Langit yang bisa membuat Cahaya sedih, haru dan bahagia dalam waktu bersamaan.

"Kamu tau? Aku paling gak bisa liat kamu terluka apalagi menangis. Air mata kamu itu berharga. Kamu tau? Hal yang paling ingin aku lakukan di dunia ini adalah membahagiakan kamu, membuat kamu tersenyum, bukan membuat kamu menangis. Jadi, janji jangan nangis lagi, ya?" tanya Langit seraya menunjukan jari kelingkingnya. Melihat itu, lagi-lagi Cahaya terkekeh, tetapi dia tetap menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Langit.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang