Part 36

375 22 0
                                    

Seseorang bisa melakukan suatu hal yang sebelumnya tak mungkin dia lakukan saat nyawanya terancam.

-Author
_________________

Seperti hari-hari sebelumnya, Langit datang ke cafe Harry untuk bekerja, setelah pekerjaannya selesai, dia berniat untuk langsung pulang.

"Bang, gue pulang, ya," pamit Langit pada Harry.

"Ekh, tunggu dulu, ada yang mau gue bicarain," cegah Harry. Pemilik cafe itu mengajak Langit untuk duduk di salah satu kursi.

Langit tidak menolak, dia hanya mengangguk sebagai jawaban lalu ikut duduk di sebelah Harry.

"Lang, lo beneran anaknya ibu tiri gue?" tanya Harry.

"Kalau gue jawab iya, kenapa?"

"Kalau emang iya, kenapa Mama gak kenal sama lo, bahkan dia bilang lo udah gak ada? Dan satu lagi, kalau lo emang anak kandung Mama berarti lo juga anak kandung Dirgantara, 'kan? Yang gue gak ngerti adalah menurut informasi dari beberapa media, anak kandung Dirgantara itu udah meninggal, lalu katanya dia ngangkat anak yang dinamain sama persis seperti anak kandungnya dan yang gue tahu anak angkatnya itu elo."

Langit tercengang, dia baru tahu akan hal ini, pantas saja Mentari dengan mudahnya percaya pada kebohongan yang dilakukan oleh Dirgantara, ternyata papahnya tidak hanya membohongi Mentari, tetapi media serta masyarakat luas juga dia bohongi.

Dia terdiam. Antara kaget, tak percaya serta sedih semuanya menjadi satu. Bagaimana bisa? Kalimat itulah yang kini muncul dalam benak Langit.

Bertahun-tahun dia hidup di bumi, kenapa baru tahu sekarang? Tujuh tahun Langit menggunakan media sosial, tetapi dia tidak pernah mengetahui hal sebesar ini.

Tidak ada berita apapun yang dia dapat mengenai keluarganya, bagaimana bisa? Apa karena Langit terlalu mengabaikan keluarganya? Atau karena Dirgantara memberitakan hal itu saat Langit masih kecil dan tak tahu apa-apa?

"Lang! Woy, malah bengong," sahut Harry seraya menggoyahkan tubuh Langit.

"Jadi, gimana? Jelasin sama gue, biar gue tahu apa yang harus gue lakuin."

"Gini, Bang. Apa yang lo lihat dari media belum tentu benar, dan lo gak perlu ngelakuin apa-apa, cukup bantu gue dengan do'a, biar semuanya cepat terungkap. Satu lagi, makasih buat infonya, gue pulang dulu," jawab Langit parau. Dari suaranya pun semua orang bisa menebak bahwa lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

Dia berdiri lunglai dengan seukir senyum penuh luka, lalu menepuk bahu Harry yang masih kebingungan, sebelum akhirnya berjalan ke arah pintu keluar.

Harry menatap kepergian Langit dengan tatapan iba. Orang-orang tak pernah tahu betapa beratnya seorang Langit menanggung beban. Beberapa menit berlalu, Harry baru kepikiran dengan ucapan Langit. "Apa yang lo lihat dari media belum tentu benar, apa maksudnya coba? Kenapa dia gak jelasin langsung aja sih? Biar gue gak perlu mikir gitu," ujar Harry dengan wajah bingung, lalu dia mengacak rambutnya.

Langit tersenyum getir, kalimat yang terlontar dari mulut Harry masih berkeliaran dalam kepalanya. Dia kira saat ayahnya memperkenalkan Langit dihadapan anak buahnya itu dia dianggap sebagai anak kandung, tetapi ternyata anak pungut.

Langit kira saat mereka menyapa serta menghormati Langit itu karena Langit adalah anak kandung Dirgantara, rupanya hanya anak angkat, Langit kira saat teman-temannya iri padanya karena dia lahir dikeluarga Dirgantara, tetapi rupanya karena Langit adalah anak angkatnya.

Hidup dalam kebohongan, itulah Langit dan bodohnya lagi dia tidak menyadari akan hal itu, bahkan yang lebih bodohnya lagi, Langit tidak tahu ada kebohongan sebesar ini.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang