Part 4

569 41 1
                                    

Di depan orang-orang, dia memang baik-baik saja, tetapi tidak ada yang tahu hatinya seperti apa.

- Author.
______

Di tempat lain, Cahaya tengah duduk menyimak acara televisi bersama Lestari, ibu kandungnya. Tidak ada hujan tidak ada angin, gadis itu tiba-tiba teringat dengan ucapan Langit yang menitip salam untuk bundanya.

"Bun," panggil Cahaya.

"Hm?" gumam sang Bunda seraya menatap Cahaya.

"Ada yang nitip salam buat Bunda," ujar Cahaya.

"Dari siapa?"

"Langit Aditya Dirgantara," ujar Cahaya mengeja nama lelaki yang menitip salam itu.

"Ha? Lang ... Langit?" tanya Lestari terlihat kaget saat Cahaya mengucapkan nama tersebut.

"Iya, emangnya kenapa Bun? Bunda kenal?" tanya Cahaya seraya menatap Bundanya dengan tatapan heran.

"Engggak," jawab Lestari, tiba-tiba ia menjadi teringat kembali dengan sosok remaja bernama Langit, bagaimana dia sekarang? Selama ini Lestari hanya bertukar kabar dengan remaja SMA itu lewat media sosial, tetapi tidak pernah bertemu.

Langit selalu menanyakan kabar Cahaya padanya, bahkan tak jarang Langit meminta foto Cahaya. Maka dari itu, saat di sekolah kemarin Langit langsunh mengenali Cahaya.

"Bun, aku ngerasa ada yang aneh sama Langit," ungkap Cahaya seraya menatap Lestari.

"Masa dia tahu nama Cahaya padahal Cahaya belum ngasih tahu, terus Cahaya juga ngerasa deket sama dia, sebelumnya aku gak peranah ngerasa gutu. Langit bersikap seolah-olah Cahaya itu temen lama dia, tapi Langit baik sih, saking baiknya tadi dia nganterin Cahaya pulang padahal 'kan Cahaya gak minta."

"Oh ya?" tanya sang Bunda seraya menampilkan segaris senyuman.

"Iya, Bun."

"Bunda jadi pengen ketemu sama temen kamu itu. Oh iya, rumah Langit di mana?"

"Hehe Cahaya gak tau," jawab Cahaya diiringi dengan cengirannya. Dia juga baru ingat kenapa gadis itu tidak menanyakan tempat tinggal Langit, ekh tapi buat apa juga dia tahu tempat tinggal Langit.

Mereka melanjutkan obrolan tentang Langit, lelaki aneh yang sangat suka memotong ucapan orang, lelaki tampan dengan sejuta luka yang terpendam.

***

Sinar mentari pagi kembali menyapa, kini Cahaya dan sang bunda yang bernama tengah sarapan di meja makan. Rencananya, hari ini Lestari atau yanh kerap kali dipanggil Tari akan memulai bekerja kembali. Menggantikan posisi sang suami yang sudah pergi untuk selamanya.

Selama ini posisi Purnama—ayah Cahaya, digantikan terlebih dahulu oleh adik dari suaminya itu. Dan hari ini, Tari akan mengambil alih posisi sang Suami sebagai CEO di salah satu perusahaan yang ada di Bandung.

Tingtong

Terdengar bel rumah berbunyi, membuat Lestari dan Cahaya saling pandang, siapa orang yang datang di pagi hari seperti ini?

"Biar Cahaya aja yang buka, Bun," ujar Cahaya lalu ia beranjak dari kursinya.

Cahaya membuka pintu dan di sana terlihat seorang lelaki tengah berdiri dengan pakaian sekolah yang melekat pada tubuhnya dan senyuman manis yang terpampang di wajahnya.

"Kamu?" tanya Cahaya terlihat kaget melihat kehadiran Langit di depan rumahnya.

"Hai," sapa Langit masih dengan raut wajah kalemnya.

"Ngapain di sini?" tanya Cahaya.

"Numpang sarapan," jawab Langit sekenanya.

"Ha?" tanya Cahaya tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Langit gak salah apa numpang sarapan di rumah Cahaya? Padahal mereka baru kenal kemarin.

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang