Part 45

628 29 3
                                    

Sudah dua hari Langit tidak terlihat secerua biasanya, bahkan dia cenderung diam di tempat tidurnya. Bukan, bukan karena malas, tetapi arena dia semakin merasakan sakit yang mengjujamnya. Untuk makan malam saja rasanya Langit tidak sanggup. Bahkan, setelah dia meminum obat pereda nyeri, sakitnya tetap tidak hilang.

Namun, meski begitu tak ada orang yang menyadari perubahan Langit selain Cahaya, mungkin karena Langit tidak terlalu menganggap serius sakit itu, jadi dia tidak berbicara apa-apa pada keluarganya.

Dia berusaha menahan rasa sakit itu sendirian.

Meski tengah merasakan sakit, Langit tetap menyiapkan kado untuk Cahaya. Dia mengambil flashdisk yang waktu itu. Di dalam flashdisk itu tidak hanya berisi tentang momen-momen mereka saja, momen yang diambil sejak meteka kecil sampai saat ini, tetapi juga ada satu video Langit.

Dia menyimpan flashdisk itu di saku pakaian boneka taddy bear yang tadi siang dia beli. Kemudian, Langit memasukan boneka itu ke dalam wadah kotak berwarna merah muda dengan pita merah di atasnya.

Kalian masih ingat dengan rekaman Langit saat dia baru mengetahui penyakitnya? Ya, flashdisk itu kini berada di tangan Langit, dia menyimpannya di kotak berwarna hitam, di sana juga terdapat beberapa surat yang entah apa isinya.

Langit mengambil kertas dari meja belajarnya, lalu dia menulis sebuah kalimat. "Thanks for 49 month." Dia menyimpan kertas itu tepat di atas kotak hadiah yang akan Langit berikan pada Cahaya nanti. Lalu dia juga kembali menulis. "Dari aku untuk kalian."

Sedangkan di tempat lain, Cahaya tengah memandangi dua tiket untuk konser sebuah band. Rencananya dia akan memberikan itu sebagai hadiah untuk Langit.

Dia tahu Langit sangat ingin pergi nonton konser itu, tetapi waktu Langit ingin membeli tiket, tiketnya sudah habis. Untung saja Cahaya sudah membelinya lebih dulu.

Cahaya menyimpan dua tiket itu di sebuah kotak kecil berwarna biru muda. Rencananya, setelah makan-makan di caffe Harry mereka akan langsung pergi untuk menonton konser itu.

Saat jam menunjukan pukul 00.00, Langit tiba-tiba melakukan panggilan video pada Cahaya, untung saja Cahaya belum tidur jadi dia bisa mengangkat telepon itu.

"Happy mensive yang ke 49 bulan, Sayang!" ujar Langit dengan senyuman yang terlukis indah di wajahnya.

Cahaya tersenyum haru. "Happy mensive juga, Sayang," jawab Cahaya dengan senyuman yang tak kalah indah.

Mereka saling menatap dengan senyuman merekah. Namun, Langit terlihat sedikit meringis seperti tengah menahan sakit.

"Lang, are you okay? Kamu kenapa? Kok kayak nahan sakit gitu?" tanya Cahaya khawatir.

Langit tersenyum lembut. "Aku gapapa."

Langit menarik napas. "Banyak hal yang pengen aku ungkapin sama kamu. Aku mau bilang kalau aku sayang banget sama kamu, entah sihir apa yang kamu pake, tapi kamu berhasil buat aku jatuh cinta setiap saat."

Di ujung sana Cahaya terkekeh pelan, dia terlihat salah tingkah. "Aku gak pake apa-apa, ey."

Langit ikut terkekeh. "Kamu tau? Gak ada yang paling menyakitkan selain kehilangan kamu. Kamu bayangin aja, kerajaan cinta aku kehilangan ratunya, gimana gak terpuruk coba?"

Tiba-tiba tenggorokan Cahaya tercekat, dadanya terasa sesak. Mendengar ucapan Langit, dia bisa membayangkan bagaimana sakitnya dilupakan oleh orang yang dia sayang, sampai tak terasa air mata menetes dari pipinya. "Aku gak akan hilang lagi."

"Iya, aku percaya itu. Cahaya, aku mau kamu janji sama aku, mulai sekarang dan seterusnya, kamu harus jaga diri baik-baik, ya? Jaga kesehatan, jangan mau ditindas, kamu harus kuat, karena gak selamanya aku ada di samping kamu."

Langit [COMPLETED ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang