Aku tidak baik-baik saja, tetapi biarkan orang-orang mengetahuinya bahwa aku baik-baik saja.
- Langit Aditya D.
_____________________
Hari ini adalah hari selasa, tadi pagi Langit sudah menitipkan surat izin pada Bian, karena nanti sekitar jam dua siang Langit harus melakukan cuci darah.
Lelaki itu menatap tangan serta kakinya yang sedikit membengkak, tadi pagi Langit sudah menelpon pada Baskara menanyakan perihal ini, jadi Langit sudah tahu bahwa itu adalah dampak dari telat cuci darah.
Baskara juga mengatakan bahwa dampaknya bukan hanya itu saja, telat cuci darah juga bisa membuat fungsi ginjal semakin menurun bahkan berhenti sepenuhnya, sesak napas serta kemungkinan sel organ lain ikut rusak juga menjadi dampak dari telat cuci darah.
Sekitar jam sepuluh siang, Maria menelepon Langit. Langit mengernyitkan dahinya, tumben Bu Maria menelepon dirinya.
"Assalamu'alaikum, Langit," salam sang Ibu ketika Langit mengangkat teleponnya.
"Waalaikumsalam, ada apa, Bu?" tanya Langit to the point.
"Langit, kamu lagi di sekolah?"
"Eum, iya Bu, ini langit masih di sekolah, kenapa?" tanya Langit, padahal nyatanya ia tengah berada di atas kasur tempat tidurnya.
"Ibu boleh minta tolong gak sama kamu?"
"Apa Bu?" tanya Langit.
"Tolong jemput Bumi, ibu sedang di luar, Papah kamu juga sedang meeting, kamu bisa gak jemput Bumi? Kamu hanya perlu menjemputnya sebentar setelah itu kembali lagi ke sekolah."
"Oh, bisa kok Bu, bentar lagi jam istirahat, jadi Langit bisa jemput Bumi."
"Terima kasih ya, Nak. Maaf merepotkanmu," ujar Maria dari ujung sana.
"Iya, Bu," jawab Langit.
"Ya sudah, Ibu matiin ya teleponnya."
Langit tidak menjawab, dia hanya mengangguk kecil padahal Maria juga tidak akan melihat, lalu panggilan pun terputus.
Lelaki itu lalu turun dari tempat tidurnya, masuk ke kamar mandi hanya untuk mengganti pakaian, setelah itu dia memakai jaket kemudian berangkat menjemput Bumi.
Saat sudah sampai, Langit melihat Bumi tengah berdiri di depan gerbang, sekolah juga sudah cukup sepi, hanya ada beberapa siswa saja.
"Kak Langit!" panggil Bumi seraya tersenyum senang melihat kehadiran Langit. Langit tersenyum seraya melambaikan tangannya.
"Kok kak Langit yang jemput, Bunda kemana?" tanya Bumi.
"Bunda lagi di luar, Papah lagi meeting, jadi kak Langit deh yang jemput, gapapa kan?"
"Gapapa banget, Bumi seneng tahu kalau kak Langit yang jemput, jadi bisa main," jawab Bumi seraya tersenyum lebar menampakan gigi-gigi putihnya.
Langit lalu menuntun Bumi menuju motornya. Lelaki itu menepuk jidat, dia baru sadar bahwa selama ini Bumi tidak pernah naik motor, karena Dirgantara melarangnya, katanya itu berbahaya.
Namun, untung saja Bumi mau naik motor, malahan anak itu terlihat antusias, mungkin karena dia baru pertama kalinya.
Saat di perjalanan pulang, Bumi merengek tidak ingin langsung pulang, katanya dia ingin main dulu dengan Langit. Akhirnya Langit mengalah, dia membawa Bumi ke tempat bermain, setelah bermain mereka mampir terlebih dahulu ke restoran favorit Langit.
Bumi juga terlihat senang meskipun Langit hanya membawanya ke sebuah restoran. Dia terlihat antusias. Bumi memilih tempat duduk yang dekat dengan kaca, kemudian seorang waitress menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit [COMPLETED ✔]
Novela Juvenil[Follow akun aku kalau mau] Langit Aditya Dirgantara, lelaki misterius yang irit bicara, masalalu yang kurang menyenangkan membuatnya menarik diri dari semua orang. Di tengah gelapnya hidup Langit, Tuhan memberikan malaikat tak bersayap untuk menyin...