Pulang atau hilang? Kali ini gue memilih pulang, karena bagi gue sejauh apapun gue pergi rumah adalah tempat kembali dan sesering apapun gue meninggalkannya gue akan selalu kembali ke sana.
- Langit Aditya D.
______________________"Ciee yang udah baikan," sahut Bian yang melihat Langit keluar dari mobil Dirgantara.
"Baikan apaan?" tanya Langit.
"Itu, buktinya lo dianterin, itu tandanya lo udah berdamai."
Langit hanya tersenyum tipis seraya mengidikan bahunya, Bian yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, tetapi dia senang melihat Langit berdamai dengan Dirgantara.
Seperti biasanya sebelum masuk kelas, mereka mampir dulu ke kantin, setelah duduk di kantin, Bian langsung melontarkan pertanyaan untuk Langit.
"Gimana ceritanya lo bisa pulang lagi ke rumah?" tanya Bian antusias.
"Dulu, gue pergi dari rumah karena rumah bukan lagi tempat ternyaman untuk pulang, tapi setelah kejadian ini, gue sadar sejauh apapun gue pergi, rumah akan selalu menjadi tempat kembali dan sesering apapun gue meninggalkannya gue akan selalu kembali ke sana. Meskipun gue gak tau setelah ini gue bakalan pergi lagi atau enggak."
"Jangan dong, Lang, tapi lo bahagia 'kan pulang ke rumah?" tanya Bian.
Langit tertawa sumbang sebelum akhirnya menjawab. "Kebahagiaan itu bukan dicari, tetapi diciptakan oleh diri sendiri."
"Terkadang kita memang harus kehilangan dulu untuk tahu seberapa berharganya nilai sesuatu. Gue punya keluarga meskipun gak sempurna, tapi setelah gue kehilangan mereka, gue baru sadar bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga. Dulu gue egois karena menganggap gue bisa hidup tanpa mereka, lo tahu? Setelah gue ninggalin mereka, tapi mereka masih mau nerima gue."
"Ya, namanya juga keluarga, Lang. Mereka akan selalu menerima seburuk apapun lo," jawab Bian.
Langit mengangguk kecil. "Gue bahagia Bi, gue bahagia, meskipun keluarga gue gak sempurna, meskipun Bunda udah nganggep gue gak ada, tapi masih ada Papah dan keluarganya, ya walaupun Papah sedikit menyebalkan, tapi setidaknya gue masih mempunyai tempat untuk pulang."
Bian tersenyun hangat, lelaki itu menepuk bahu Langit, "gue harap lo selalu bahagia, gak ribut lagi sama om Dirga dan gak kabur-kaburan lagi.'
Langit tidak menjawab, dia hanya tersenyum hangat, lalu mereka memutuskan untuk masuk kelas karena bel tidak lama lagi akan berbunyi.
"Hallo Cahaya," sapa Langit seraya duduk di bangkunya, Cahaya hanya tersenyum saja sebagai jawaban.
"Lo kangen gak sama gue?" tanya Langit.
"Ekh, kamu udah sembuh?" Bukannya menjawab, Cahaya malah balik bertanya, dia malas menjawab pertanyaan Langit, karena pertanyaan itu sudah sangat sering Langit tanyakan, seperti tidak ada pertanyaan lain saja.
Langit tersenyum lebar seraya mengangguk-anggukan kepalanya menjawab pertanyaan Cahaya, setelah itu tidak ada lagi percakapan.
Langit kembali tenggelam dalam pikirannya, dia teringat dengan perjalanan hidup setelah mati, apakah kalian pernah memikirkan hal itu juga? Awalnya Langit tidak pernah memikirkan itu, tetapi setelah mengetahui penyakitnya, Langit mulai memikirkannya.
Bukan karena Langit pesimis, dia hanya belum siap saja jika harus meninggalkan dunia, padahal sebenarnya banyak orang yang bisa sembuh dari penyakit seperti yang sedang Langit alami.
Meskipun begitu, Langit tetap overthingking, berfikir bahwa dirinya akan meninggalkan kehidupannya yang sekarang dalam waktu dekat, apalagi setelah kejadian saatd ia tidak melakukan cuci darah yang menyebabkan fungsi ginjalnya semakin menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit [COMPLETED ✔]
Ficção Adolescente[Follow akun aku kalau mau] Langit Aditya Dirgantara, lelaki misterius yang irit bicara, masalalu yang kurang menyenangkan membuatnya menarik diri dari semua orang. Di tengah gelapnya hidup Langit, Tuhan memberikan malaikat tak bersayap untuk menyin...