33 -

52 7 0
                                    

Rambut biru itu terlihat sangat bersinar, kedua mata Lunox berkaca-kaca sampai mulutnya menganga. Tak habis pikir dunia ini memiliki seorang perempuan cantik dengan rambut indah sepertinya.

Perempuan itu berdiri tepat didepan pohon besar yang entah apa namanya. Namun bisa terlihat jelas bahwa ia sedang tersenyum hangat—mengelus pohon yang ukurannya begitu lebar dengan penuh kasih sayang.

Lagi-lagi Lunox tercengang, bahkan ia sendiri merasa bingung dengan apa yang ia rasakan. Melihat perempuan memasang senyum indah seperti itu.. membuat perasaan Lunox terharu sekaligus tersentuh.

Karena penasaran, Lunox pun menghampirinya perlahan-lahan, mencoba 'tuk tidak mengejutkannya. Tapi kedua kaki itu menginjak sebagian ranting—menimbulkan suara berisik nan mencurigakan.

Perempuan berambut biru tersebut langsung menoleh dengan posisi siaga, meski begitu ekspresi diwajahnya menandakan kalau ia tengah panik sambil ketakutan.

Disisi lain, Lunox dapat menebak bahwa ia sedang memberanikan diri berhadapan dengan orang asing. Walaupun wajahnya panik, Lunox mengerti dengan tindakan apa yang akan dia ambil.

Lunox berkata secara tenang, "Namaku Lunox, aku sedang mencari buah-buahan disini. Aku.. tidak sengaja melihatmu berdiri disitu. Jadi..."

"Apa kau orang jahat?" perempuan tersebut menimpal dan memberi pertanyaan, tubuhnya gemetaran.

Tidak perlu ada yang harus dikhawatirkan setelah mendengar pertanyaan yang telah dia berikan, Lunox memberi senyuman manis sambil melangkah kembali—menghampirinya dengan perasaan positif.

"Aku bukan orang jahat. Aku berani bersumpah kalau kedatanganku kemari hanya untuk mencari buah-buahan." kata Lunox.

Cukup responsif bila memberikan jawabannya, perempuan bertubuh ramping itu pun akhirnya tenang dan bisa bernafas lega.

"Bisa kau ceritakan tentang pohon ini? Karena aku penasaran.. hanya pohon inilah yang mempunyai ukuran berbeda."

Akhirnya ia bisa terbuka, tidak menganggap Lunox sebagai orang jahat ataupun orang yang ingin melakukan hal buruk. Sebelum bercerita, perempuan itu mempersilahkan Lunox duduk diantara akar-akar pohon yang besar.

Mereka duduk bersebelahan, Lunox selalu saja memasang senyuman manis bila mendapat momen semacam ini. Hati beserta pikirannya entah mengapa terasa sangat tenang, dan.. senyuman Lunox mengingatkan kita pada Sura.

"Tadi kaubilang namamu Lunox, 'kan? Kalau begitu giliranku untuk memperkenalkan diri." ia berkata tanpa ragu.

"Namaku Aurora. Dulu aku sering sekali datang ke hutan ini untuk mengunjungi temanku. Tapi.. sejak tragedi buruk terjadi.. aku mulai jarang kesini."

"...Tragedi buruk?" Lunox agak penasaran.

"Hm," Aurora mengangguk. "Mungkin tragedi yang aku sebutkan termasuk konyol karena dulu sempat ada konflik dikota ini."

Melihat wajah Aurora akhirnya Lunox berpendapat bahwa dia tidak mau menceritakan hal itu lebih jauh. Karena itulah Lunox mengganti topik pembicaraan.

"Kalau begitu, ceritakan padaku siapa teman yang kau sebutkan." lanjut Lunox.

Tanpa pikir panjang, Aurora menunjuk sambil menoleh ke arah pohon besar disebelahnya. "Dialah temanku."

"...Serius? Kau berteman dengan pohon?"

"Bukan sekadar pohon. Sejak kecil aku mempunyai kekuatan terpendam seperti.. kau tahu.. mendengar jiwa hidup pada setiap makhluk di dunia ini."

"Jadi kau mau bilang kalau pohon itu memiliki jiwa?"

LUNOX AUTHORITY (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang