"Alucard, cepat masuk ke kamarmu!" Silvanna berseru pada puteranya, mendorong tubuh Alucard agar bocah itu segera keluar. "CEPAT!"
"Kenapa dengan ibu!? Kenapa ibu ketakutan!?" namun Alucard membalas, ia masih tidak paham. "Apa yang ibu takutkan!?"
Tubuh Silvanna benar-benar menggigil, bahkan bulu kuduknya sampai berdiri. Hal apa yang ia takutkan adalah satu malapetaka yang Silvanna yakini akan terjadi. Leomord.. dan juga Terrorblade.
"Cepat masuk ke kamarmu atau aku akan membencimu, Alucard!" Silvanna berteriak lagi, meski demikian ia tak dapat turun dari tempat tidurnya.
Disisi lain, Alucard tetap tidak mau mendengarkan. Ia berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan sang ibu yang masih merinding ketakutan.
"Aku harus... Aku harus..." dengan rasa takut yang tak dapat dihentikkan, pikiran Silvanna mulai kacau. Ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. "...Aku harus bagaimana.."
Pikirannya benar-benar tak terkontrol, ditambah rasa panik tak karuan membuat kepala Silvanna semakin sakit—sungguh berat layaknya ditimpah oleh batu besar tiada henti.
"Mengapa aku takut?" tiba-tiba hati kecilnya berbicara. "Mengapa aku menyedihkan seperti ini? Bukankah aku seorang prajurit?"
Berusaha berpikir jernih akan kata-kata yang dapat menyemengatinya. Namun.. rasa sakit dilehernya kembali muncul, "AAARGHH!!" ia pun berteriak. "Panas... Panas... Gatal sekali... Dasar kutukan sialan!"
Silvanna menggaruk-garuk bekas gigitan tersebut sehingga darah berlumuran. Gigitan Dante sudah menjadi tanda kutukan yang tidak bisa dihilangkan dengan mudah—Alhasil beginilah jadinya.
Beberapa puluh detik ia menggaruknya, menghiraukan jari-jemari yang terlumuri oleh darah. Panas dan gatal tentu menyakiti dirinya. Sampai pada akhirnya Silvanna pasrah, ia sadar bahwa kini ia tak dapat melakukan apa-apa selain berdiam diri dengan tubuh yang lemah.
"Kenapa ini harus terjadi... Kenapa aku harus mengemban tugas seperti ini... KENAPA!?" ia frustasi—depresi.
________________________________ .
. LUNOX AUTHORITY .
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana mansion seketika berubah menjadi hening, dan Alucard masih berdiri diambang pintu kamar sang ibu sambil memperhatikannya dengan bingung. Well, jangan salahkan Alucard, justru ia tidak tahu apa-apa.
"Sepertinya aku disuguhkan oleh pemandangan yang buruk sekaligus mengecewakan." Dante tiba-tiba muncul berbarengan oleh angin yang berhembus melalui jendela.